Ayub dengan sedih merenungkan nasibnya, sambil menggaruk-garuk tubuhnya yang penuh luka-luka dari kepala sampai ketelapak kakinya. Rasa gatal terasa menyiksa, menambah penderitaan karena semua miliknya yang berharga telah lenyap dalam sekejap mata. Ayub tidak tahu sampai kapan penderitaannya akan berakhir ( Ayub 2 ).
Lazarus yang mencari remah-remah roti dibawah meja seorang yang kaya, membiarkan anjing-anjing menjilati borok-borok ditubuhnya, sambil pikirannya menerawang jauh, berharap penderitaannya dapat cepat berakhir. Hatinya meratap kepada Tuhan, sepertinya penderitaannya tak berujung ( Lukas 16 : 19-31 ).
YESAYA 54
11 “Hai orang yang sengsara, yang diterjang badai, yang tidak dihibur! Lihatlah, Aku meletakkan batu-batumu dengan semen, dan meletakkan fondasimu dengan batu safir.
12 Dan Aku akan membuat puncak-puncak bentengmu dari batu delima, pintu-pintu gerbangmu dari batu manikam merah dan seluruh tembok perbatasanmu dari batu permata,
13 dan semua anakmu akan menjadi murid bagi YAHWEH, dan damai sejahtera pada anak-anakmu, akan menjadi besar.
14 Engkau akan ditegakkan dalam kebenaran; jauhkanlah dirimu dari penindasan, supaya kamu tidak takut, dan dari kengerian, karena hal itu tidak akan datang mendekatimu.
Ayub tidak seterusnya menderita, pada akhirnya dia mengerti bahwa Tuhan sedang merancangkan sesuatu yang indah bagi hidupnya.
Demikian juga Lazarus, ketika berada di pangkuan bapak Abraham, segala penderitaannya tidak teringat lagi. Hanya sukacita dan kebahagiaan yang memenuhi hatinya.
Tuhan tidak pernah mengijinkan suatu penderitaan dialami anak-anakNya tanpa tujuan yang mulia. Pasti ada suatu rencana yang indah yang sedang dirancangkan Tuhan ketika dibiarkanNya badai demi badai menerjang hidup kita.
Tuhan pasti berkata, “kuatkan hatimu, karena Aku sedang membangun sesuatu yang indah dalam hidupmu”.
Rencana Tuhan tidak hanya bagi kita, tetapi juga bagi keturunan kita.
Menjelang kedatangan Tuhan kembali, kita merasakan badai kehidupan ini semakin bertubi-tubi. Mengapa Tuhan mengijinkan hal itu terjadi? Karena Tuhan sedang memperkokoh fondasi kehidupan kita. Kita harus terpancang kuat dalam kebenaran, supaya ketika kedatanganNya kembali, Tuhan tetap menemukan iman yang semakin kokoh kepadaNya.
Tetaplah kuat di dalam Tuhan, karena Tuhan tidak akan meninggalkan mereka yang berharap dan berpegang kepadaNya.