September 17, 2021

Why do Christians not Celebrate Biblical Feasts?

Why do Christians not Celebrate Biblical Feasts?

Kita harus bersyukur sebab Bapa menuntun kita untuk mengenal hari-hari raya yang sudah Bapa tetapkan. Bulan ini kita berada di dalam rangkaian perayaan Sukkot, yang diawali dengan Yom Teruah, Yom Kippur, dan Sukkot. Seharusnya, orang-orang Kristen tidak hanya tahu, tetapi juga ikut terlibat di dalam perayaan-perayaan itu. Dalam perayaan ini, kita dapat mempelajari banyak hal. Salah satunya kita dapat mendekat kepada Tuhan sesuai cara Tuhan. 

Tiap hari raya sudah ditetapkan oleh Bapa YHWH, sehingga bukan orang Yahudi yang membuatnya. Bapa menetapkan hari-hari tertentu untuk dirayakan dengan pertemuan kudus. Waktunya juga Bapa tetapkan (saat ini kita menyesuaikan dengan kalender Gregorian, tetapi pada saat itu menggunakan penanggalan bulan) dan siklusnya tetap seperti itu. Hari-hari raya yang Bapa tetapkan sudah beberapa digenapi di dalam Tuhan Yeshua, seperti hari raya Paskah (Im. 23: 5, band. Mat. 26: 2, 17-19; Mark. 14: 12-16; Luk. 2: 41-42, 22: 1-20; Yoh. 2: 13 & 23, 6:4, 13: 1-30; 1 Kor. 11:23-29), Roti Tidak Beragi (Im. 23: 6-8, band. Mat. 26:17; Mark. 14:12; Luk. 2: 41-42, 22: 1 & 7; Kis. 20:6; 1 Kor. 5:6-8), Buah Sulung (Im. 23: 9-14), dan Shavuot (Pentakosta, Im. 23: 15-22, band. Kis. 2: 1-20, 20:16; 1 Kor. 16:8). Dalam rangkaian Sukkot (Yom Teruah: Im. 23:23-25, band. Mat. 24:30-31; 1 Tes. 4:16-17; Wah. 11:15. Yom Kippur: Im. 23:26-32, band. Kis. 27:9. Sukkot: Im. 23:33-43, band. Yoh. 7:1-2, 8, 10, 14) nantinya akan menjadi penggenapan kedatangan Tuhan Yeshua yang ke dua. Berdasarkan ayat-ayat tersebut artinya, hari-hari raya itu juga dirayakan oleh Tuhan Yeshua, para murid, dan jemaat gereja mula-mula. 

Kita pun sebagai pengikut Kristus seharusnya ikut terlibat dalam perayaan ini (band. Matius 15: 17-18). Karena itu, kita tetap melakukan Torah Tuhan, seperti yang rasul Paulus peringatkan (Galatia 4: 8-11). Surat kepada jemaat di Galatia ini (khususnya ayat 10-11) harus kita perhatikan dengan cermat. Ayat ini bukan ditujukan Paulus untuk mengkritisi tentang hari raya yang Tuhan tetapkan, melainkan tentang perayaan terhadap dewa-dewa yang dilakukan oleh orang Galatia meskipun mereka sudah percaya kepada Tuhan Yeshua.

Karena itu, kita perlu tahu latar belakang budaya dan sosial kehidupan jemaat di Galatia. Jemaat di Galatia bukanlah orang-orang Yahudi, mereka adalah bangsa lain yang dulunya tidak mengenal Elohim (ay. 8-9). Paulus menegur karena mereka kembali melakukan hal-hal yang dulu berkaitan dengan perayaan ilah-ilah lain (ay. 10-11). Kita tahu bahwa di dalam peradaban Romawi banyak dewa-dewa yang disembah oleh bangsa-bangsa lain (termasuk jemaat di Galatia) contohnya, perayaan dewa-dewa di bulan Februari (perayaan kepada dewa Apolo, Jupiter, Diana, dan sebagainya), termasuk penamaan bulan kemungkinan diambil dari nama-nama dewa. Kita memang tidak bisa memungkiri berada di dalam sistem dunia ini, tetapi kita harus tetap waspada supaya tidak terjebak dan disesatkan oleh sistem dunia yang penuh dengan penyembahan berhala.

Jemaat di Galatia memang sudah percaya Tuhan Yeshua dan merayakan hari raya yang Tuhan tetapkan, tetapi masih ada orang-orang yang berbalik kepada perayaan dewa-dewa mereka yang dulu. Salah satu tokoh yang muncul pada zaman itu adalah John Chrysostom yang diangkat sebagai archbishop di Konstantinopel. Dia seorang yang antisemitisme (budaya dan pengajaran Yahudi), bahkan catatan dan surat-surat yang ditulisnya berisi kebencian terhadap orang-orang Yahudi. Salah satu komentar kebenciannya adalah tentang perayaan-perayaan orang Yahudi khususnya Yom Teruah, Yom Kippur, dan Sukkot dianggap seperti “penyakit.” Dia juga berkeinginan untuk mengusir perayaan-perayaan itu sebab dianggap sebagai kebiasaan buruk dari dalam gereja (sinagoga). Tulisan-tulisan Chrysostom ini yang mengilhami pejabat-pejabat Nazi, salah satunya Paul Joseph Goebbels. Dia menceritakan kebohongan-kebohongan dengan interpretasi yang salah, sehingga lama-kelamaan dianggap sebagai kebenaran (padahal jelas itu tidak sesuai firman Tuhan). Karena itu, hal-hal seperti ini harus kita waspadai supaya kita tidak mudah terjebak pada kebohongan yang dimasukkan ke dalam gereja. Contohnya, Easter yang seharusnya Pesach.  Jadikan firman Tuhan sebagai tolok ukur.  

Sebelumnya, Tuhan Yeshua sudah memeringatkan akan munculnya penyesatan-penyesatan, seperti itu. “Dan seraya menanggapi, Tuhan Yeshua berkata kepada mereka: perhatikanlah, janganlah seorang pun menyesatkanmu!” (Matius 24: 34; Markus 13: 4-5; Lukas 21: 7-8). Artinya, penyesat memang ada, seperti “ular” yang memlintir kebenaran firman Tuhan, sehingga bila kita tidak memahami firman Tuhan dengan benar, kita akan terjerat dan percaya padahal itu adalah sebuah kebohongan. Karena itu, Tuhan Yeshua menasihatkan supaya kita jangan dipimpin kepada penyesatan (error and sin). 

“Propaganda-propaganda” yang berisi penyesatan masih berlangsung hingga saat ini. Contohnya, kita mendengar banyak orang menggunakan cerita Petrus yang mendapat penglihatan, hingga membawanya bertemu dengan Kornelius (Kisah Para Rasul 10). Kisah ini dipakai untuk melegalkan bahwa semua hewan boleh dimakan. Kalau tafsiran ini terus dipropagandakan akhirnya dianggap sebagai kebenaran. Padahal bila kita sungguh-sungguh belajar firman Tuhan dari akar yang benar, kita tahu bahwa kisah itu tentang Tuhan yang menerima bangsa gentiles (selain Yahudi) untuk menerima anugerah keselamatan sama seperti yang diberikan kepada orang Yahudi. 

Catatan tentang Paulus (Shaul)

Rabi Sha’ul tidak pernah menjadi Kristen seperti kekristenan yang kita pahami saat ini. “Sekalipun aku juga ada alasan untuk menaruh percaya pada hal-hal lahiriah. Jika ada orang lain menyangka dapat menaruh percaya pada hal-hal lahiriah, aku lebih lagi: disunat pada usia 8 hari dalam bagian suku Israel, yaitu Benyamin; berbahasa Ibrani dari keluarga Ibrani, melakukan Torah bahkan seorang Farisi, pembenci dan menganiaya pengikut Kristus; tidak bercacat dalam kebenaran yang legalistik” (Filipi 3: 4). 

Bila kita gagal memahami siapa Rabi Sha’ul/ Paulus, dapat berpotensi gagal dalam memahami surat-surat yang ditulisnya, seperti peringatan Shimon Kefa (Simon Petrus) dalam 2 Petrus 3: 15-16.

Apa yang perlu kita perhatikan supaya tidak tersesat?

Bayangan dengan wujud substansinya harus identik (Kolose 2: 16-17, tidak ada terjemahan kata “hanyalah”). Artinya, apa yang digambarkan oleh Torah (bayangan) sama persis (identik) dengan apa yang diajarkan oleh Tuhan Yeshua (substansi). Bahkan orang-orang di Roma “menciptakan” tuhan yang baru, Iesous Christos, yang saat ini gambaran “tuhan ini” sangat memengaruhi dunia kekeristenan.

Karena itu, mari kita miliki kerendahan hati saat memelajari firman Tuhan dan pahami dengan pimpinan Roh Kudus, sehingga kita bisa kembali pada akar yang benar.