June 2, 2023

Gondo

Gondo

Suatu perjanjian biasanya melibatkan pihak-pihak yang akan terlibat. Selalu ada aturan dan kesepakatan antar pihak supaya perjanjian bisa terselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Jika salah satu pihak tidak bisa menepati janji, perjanjian otomatis gagal. Aturan yang dibuat dalam perjanjian harus detail dan spesifik. Sama halnya juga dengan aturan Tuhan yang diberikan kepada kita. Aturan Tuhan, tertulis dalam Torah. Kita tidak bisa sembarangan dengan aturan yang telah Tuhan tetapkan.

Aturan-Nya detail dan spesifik (Luk. 10:25-37)

Perikop ayat di atas berbicara tentang hidup kekal. Beberapa syarat yang harus dilakukan untuk mewarisi hidup yang kekal, yaitu mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama (ay. 27). Ayat di atas menceritakan bahwa para ahli Taurat paham tentang aturan-aturan untuk mengasihi Tuhan, tetapi mereka belum memahami tentang mengasihi sesama (ay. 29).

Dalam pandangan mereka, sesama manusia adalah orang-orang Yahudi. Ahli Taurat mengondisikan supaya Tuhan Yeshua menjawab seperti yang mereka pikirkan. Namun, Tuhan Yeshua menjawab mereka dengan menggunakan perumpamaan orang Samaria yang baik hati untuk menjelaskan sesuai kehendak Tuhan tentang arti mengasihi sesama.

Arti mengasihi sesama

  1. Tokoh pertama yang kita teliti, adalah seorang imam.

Mewakili sikap tidak peduli (Luk. 10:31). Imam yang kesehariannya melayani di Bait Suci yang hanya memedulikan atau mementingkan hal-hal rohani. Saat itu dia melihat  seseorang yang sekarat dan membutuhkan pertolongan, tetapi dia tidak peduli. Imam di zaman sekarang, adalah seorang rohaniawan (yang melayani di rumah Tuhan/ gereja). Mengapa imam itu tidak peduli? Karena ada ketentuan yang harus ditaati oleh imam (Bil. 19:11). Kondisi orang tersebut sedang sekarat dan bisa saja meninggal sehingga bila Imam menolongnya (menyentuhnya), lalu meninggal, dia akan najis selama tujuh hari. Artinya, ia akan kehilangan kesempatan untuk melayani di Bait Suci selama tujuh hari.

Imam hanya mementingkan pelayanannya daripada menolong orang lain. Lebih cenderung untuk melakukan hal rohani saja dan tidak memedulikan orang lain. Hal tersebut terkadang membuat orang percaya terjebak, yaitu memikirkan hal-hal yang rohani tanpa memedulikan keadaan yang ada di sekitarnya.

Beberapa contoh memedulikan keadaan orang-orang di sekitar yaitu:

  • Peduli dengan kondisi orang tua ( 15:5). Sebab firman Tuhan mengajarkan untuk menghormati orang tua. Kita perlu memerhatikan kehidupan orang tua dan jangan mengabaikan mereka. Jangan hanya memikirkan hal-hal yang rohani (sibuk di gereja, tetapi tidak memedulikan keadaan orang tua). Hal tersebut akan menjadi sandungan.
  • Memerhatikan anak yatim piatu dan janda-janda ( 1:27). Perintah Tuhan adalah hormatilah yang sungguh-sungguh janda (1 Tim. 5:3, 9). Dengan kata lain, janda yang berusia tua, miskin, dan terlantar (tanpa anak atau sanak saudara). Perhatikan kehidupan orang-orang yang ada di sekitar kita dan jangan hanya hal-hal rohani yang dilakukan.
  1. Tokoh ke dua, yaitu orang Lewi ( 10:32).

Mewakili sikap yang menghindari kesulitan. Kita tahu bahwa Lewi dikhususkan oleh Tuhan. Lewi bertugas sebagai penasihat umat dan mengetahui banyak hal hanya sebagai pengetahuan. Ketika seseorang membutuhkan pertolongan, justru menghindari kesulitan dan mencari hal-hal yang aman saja daripada harus merawat dan menolong orang yang sedang kesusahan.

Orang-orang percaya juga sering terjebak dengan contoh perumpamaan tentang Imam dan Lewi. Mereka menganggap yang terpenting adalah hubungan dengan Tuhan dan tidak perlu memedulikan sesama. Kalaupun memerhatikan sesama, biasanya mengharapkan upah/ imbalan. Dan, juga mau mengasihi dan memerhatikan sesama dengan menimbang-nimbang/memilih/ memilah (pantas atau tidak).

  1. Tokoh ke tiga, adalah seorang Samaria ( 10:33).

Samaria adalah orang yang tidak diperhitungkan. Namun, justru dia yang peduli dan punya belas kasihan (ay. 34-35), yaitu merawat orang yang tidak dikenalnya dengan menyiraminya dengan minyak dan anggur. Selain memberikan hal yang dimilikinya, orang Samaria juga memberikan fasilitas (keledai) dan memberikan tempat yang aman. Pertolongan yang dilakukan oleh orang Samaria adalah waktu, tenaga, dan dana.

Seperti yang pernah dilakukan oleh seorang yang bernama John Harper. Orang yang tak pernah lelah memberitakan kebenaran sampai orang lain bertobat. Meskipun dia harus mempertaruhkan nyawa karena kapal Titanic yang mereka naiki menabrak karang dan semua orang terlempar ke laut. John Harper menunjukkan kegigihannya untuk memberitakan keselamatan kepada orang lain sampai akhir hidupnya. Satu orang yang akhirnya mau menerima Tuhan Yeshua sebagai Juruselamatnya, yang juga menuliskan kesaksian tentang kegigihan John Harper.

Kesimpulan:

Bagian yang perlu untuk dilakukan untuk mewarisi hidup kekal adalah pergi (go) dan lakukan (do) (Luk. 10:37) segala yang Tuhan perintahkan. Mengasihi Tuhan adalah hal yang mutlak. Selanjutnya, kita juga harus peduli dan berbelas kasihan kepada sesama. Belas kasihan yang disertai dengan perbuatan.