Saat ibadah Minggu kita belajar tentang esensi perayaan Purim yang dilakukan oleh bangsa Israel di bulan Adar (Ester 9: 22). Waktu itu, Tuhan membalikkan keadaan atas bangsa Israel dari dukacita dan penuh tekanan menjadi sukacita. Perayaan ini dirayakan secara turun-temurun oleh bangsa Israel sampai sekarang. Artinya, ada waktu-waktu yang Tuhan tetapkan untuk kita peringati dan lakukan (moedim). Esensi perayaan Purim bagi kita, adalah kita belajar mengucap syukur atas tiap mujizat yang tampak “tidak terlihat” atau tersembunyi yang Tuhan berikan bagi kita (contohnya, manna).
Tentang Moedim
Waktu perjanjian yang Tuhan tetapkan (appointed time) dan apa yang Tuhan lakukan sama dari waktu ke waktu. Contohnya, Pesach, Shavuot, Sukkot, Sabat, dan bulan baru (band. Imamat 23: 3-4). Namun, apakah hari-hari lain tidak baik? Bukan seperti itu. Sebab semua hari memang baik, tetapi ada waktu-waktu tertentu yang akan Tuhan tambahkan berkat khusus. Itulah moedim. Suatu waktu yang punya tempat yang khusus dan istimewa di hadapan Tuhan (holy occasions/mikrakodesh/ panggilan kudus). Moedim adalah buatan Tuhan. Tidak setiap hari moedim. Tidak setiap bulan moedim.
Moedim dalam salah satu Midrash Yahudi diumpamakan seperti: “ada seorang raja yang melakukan perjalanan yang jauh dan mengajak putera mahkota. Sampailah mereka di sebuah padang belantara, lalu anaknya merasa haus, sedangkan persediaan air sudah habis dan di sekeliling tidak ada sumber air. Raja memanggil penasihatnya. Mereka memberikan dua saran kepada raja. Pertama, raja memerintahkan pengendara kuda yang tercepat untuk mengambil air di kota terdekat, yang membutuhkan waktu hingga siang hari. Ke dua, raja bisa memerintahkan kepada pekerja dan ahli bangunan untuk menggali dan menemukan sumber air, tetapi membutuhkan waktu lebih lama dari saran pertama. Raja langsung memutuskan untuk melakukan saran yang ke dua. Akhirnya, mereka menemukan sumber air di waktu menjelang sore. Tidak hanya pangeran yang minum, tetapi seluruh rombongan raja juga minum. Lalu, anaknya bertanya mengapa ayahnya memilih saran ke dua. Raja itu mengatakan bahwa tidak selalu hidup disertai kondisi atau fasilitas yang bisa menolong, tetapi bila suatu saat melewati rute ini lagi, kita akan memberi tanda bahwa di sini pernah ada sumber air, sehingga dapat menggalinya kembali.”
Saat kita merayakan moedim, kita seperti berjalan di rute yang sama dan sedang menggali titik yang sama yang sebelumnya pernah digali (lih. Kisah sumur Ishak). Kita akan menemukan sumber yang sama. Termasuk saat kita melakukan sabat.
Rahasia Sabat (Keluaran 35: 1-2)
Setelah peristiwa lembu emas, bangsa Israel diperintahkan untuk membangun kemah suci. Sebelum mereka membangun kemah suci, Musa mengingat tentang Sabat. Artinya, Sabat adalah bentuk pertobatan atas dosa lembu emas. Jadi, menguduskan dan merayakan Sabat bukan perkara yang remeh. Semua hari baik. Semua hari Tuhan dapat ditemui, tetapi tidak semua hari Sabat. Sebab ada hal-hal khusus yang hanya Tuhan berikan dan lakukan di hari Sabat. Bila kita melakukan moedim, kita sedang berada di titik yang tepat, sehingga kita pasti menemukan dan mendapatkan hal-hal khusus dari Tuhan.