February 27, 2022

MENGAMPUNI

MENGAMPUNI

Sebuah film dokumenter menceritakan tentang seorang anak disabilitas (tangan teramputasi) yang mengalami bullying. Film ini berlatar belakang kekuasaan Nazi, diceritakan bahwa mereka yang disabilitas akan dieliminasi karena dianggap sebagai beban negara. Tidak terkecuali, seorang anak kecil. Suatu malam anak tersebut diajak berdoa oleh ibunya, berdoa Doa Bapa Kami. Saat bagian, “ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami,” anak tersebut berhenti dan bertanya kepada ibunya, apakah orang-orang dan gerakan yang ada juga termasuk untuk diampuni?

Mungkin kita sudah hafal di luar kepala isi Doa Bapa Kami (Mat. 6:9-13). Semua bagian doa berisi permintaan kepada Tuhan. Tidak ada di bagian Doa Bapa kami, yang menuntut kita untuk melakukan sesuatu, hanya di bagian, “ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami,” seperti ada transaksi antara kita dengan Tuhan. Sehingga, ada tuntutan untuk melakukan bagian kita.

Doa Bapa Kami (Mat. 6:9-13) 

Ada delapan kalimat di dalam Doa Bapa Kami yaitu: “Bapa kami yang di surga, dikuduskanlah Nama-Mu. Datanglah Kerajaan-Mu. Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga. Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya. Ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni yang bersalah kepada kami. Janganlah membawa kami ke dalam pencobaan. Lepaskanlah kami daripada yang jahat.”

Hal tentang mengampuni, seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya. Setelah mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang 10.000 talenta. Namun, karena orang itu tidak mampu melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak istrinya dan segala miliknya untuk membayar hutangnya (Mat. 18:23-25).

Jumlah 10.000 talenta = 60 juta dinar. Dinar merupakan upah kerja orang Yahudi selama satu hari. Sehingga, harus bekerja untuk menghapuskan hutangnya selama 60 juta hari atau 164 ribu tahun. Raja sudah mengetahui bahwa orang itu tidak sanggup membayarnya, bahkan dengan segala kepunyaan yang dimiliki orang itu. Karena ketidakmampuannya melunasi hutang, maka sujudlah hamba itu menyembah raja, katanya: “Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan.” Lalu, tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya. Namun, saat hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: “Bayar hutangmu!” Maka sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya: “Sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunaskan.” Namun, ia menolak dan menyerahkan kawannya ke dalam penjara sampai dilunaskannya hutangnya (Mat. 18:26-30).

Perbandingan hutang hamba yang telah dihapuskan hutangnya oleh raja dibandingkan dengan hamba lainnya (kawannya) sangat jauh berbeda. Hamba yang dilunaskan hutangnya oleh raja sebanyak 10.000 talenta atau 60 juta dinar, sedangkan hamba lain (kawannya) hanya 100 dinar. Kawannya juga mengatakan hal yang sama dengan hamba yang telah dilunaskan hutangnya oleh raja. Namun, dia tetap tidak tergerak oleh belas kasihan. Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih, lalu menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka. Raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata kepadanya: “Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku. Bukankah engkaupun harus mengasihi kawanmu seperti aku telah mengasihi engkau?” Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya. Maka Bapa-Ku yang di surga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu (Mat. 18:31-35).

Setelah kita membaca kisah hamba yang jahat itu dan kalimat dalam Doa Bapa Kami, artinya keselamatan kita bisa hilang. Jadi, pernyataan tentang sekali selamat tetap selamat, tidak tepat (keliru). Sebab Keselamatan bisa hilang, bila tidak mengampuni. Hal mengampuni merupakan hal yang sangat serius, sehingga ada di dalam Doa Bapa Kami yang diajarkan Tuhan Yeshua. Ada pesan Tuhan yang harus kita lakukan di dalam doa Bapa kami, yaitu tentang mengampuni. Ketika kita sudah diampuni oleh Tuhan, kita pun harus mengampuni kesalahan orang lain terhadap kita. Perumpamaan tentang raja yang menghapuskan hutang kepada hamba, mengingatkan bahwa dosa kita juga banyak. Tanpa pengorbanan-Nya di kayu salib, dosa kita tidak akan bisa terbayarkan.

Kesombongan membuat seseorang tidak bisa mengampuni

Hal mengampuni tidak mudah. Ada banyak hal dalam kedagingan kita yang terkikis. Ketika seseorang bersalah kepada kita, tanpa kasih Bapa, tidak mudah untuk bisa mengampuni. Saat kita sudah bisa mengampuni, mungkin kita tidak langsung bisa melupakan peristiwa/ kesalahan.

Kesombongan juga menjadi salah satu penghalang kita tidak bisa mengampuni. Contohnya mempertahankan kebenaran dengan sudut pandang kita sendiri, sehingga mudah menyalahkan seseorang. Akhirnya, sulit untuk mengampuni karena dia akan merasa kalah. Seseorang yang sombong, tidak akan bisa untuk mengalah/mengakui kesalahan.

Ada berbagai alasan yang bisa diciptakan sendiri ketika seseorang tidak mau mengampuni. Alasannya sebagai pelajaran supaya tidak mengulangi kesalahan. Namun, pada akhirnya tidak bisa mengampuni. Pengampunan itu merupakan ujian kerendahan hati. Ketika kita memiliki kerendahan hati, maka kita bisa mengampuni kesalahan orang lain tanpa harus mengharapkan imbalan/pamrih. Kerendahan hati, bisa kita miliki ketika kita dipenuhi dengan kasih Bapa dan tidak sombong.

Misi Bapa mengirim Tuhan Yeshua datang ke dunia adalah pengampunan. Ketika Tuhan Yeshua melakukan pelayanan selama di dunia, perkataan yang diucapkan oleh Tuhan Yeshua adalah dosamu sudah diampuni. Perlu untuk kita tahu, Tuhan datang ke dunia dengan penuh kasih dan memberikan pengampunan. Karena itu, kita yang sudah diselamatkan, tidak hidup sembarangan. Sebab kebanyakan orang “Kristen” beranggapan bahwa dosanya sudah diampuni, sehingga bisa melakukan apa pun. Pandangan ini jelas keliru.

Belajar dari Yusuf (Kej. 45:1-28)

Kita tahu Yusuf diperlakukan jahat oleh saudara-saudaranya. Dia dibuang dan dimasukkan ke sumur, dijual dan dibawa ke Mesir untuk dijadikan budak. Yusuf juga difitnah, dipenjara, dan seterusnya. Sampai akhirnya Yusuf menjadi orang ke dua di Mesir. Apa yang terjadi ketika dia bertemu kembali dengan saudara-saudaranya? Yusuf bisa saja melakukan apa pun untuk membalas setiap kejahatan yang dilakukan oleh saudara-saudaranya. Yusuf tidak melakukannya, tetapi “katanya lagi: Akulah Yusuf, saudaramu, yang kamu jual ke Mesir. Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Tuhan menyuruh aku mendahului kamu. Yusuf mencium semua saudaranya itu dengan mesra dan ia menangis sambil memeluk mereka.”

Peristiwa yang dialami Yusuf merupakan ujian kerendahan hati. Ada tiga hal yang dilakukan Yusuf, yaitu mengampuni, mengasihi dengan sungguh-sungguh, dan memberkati (Band. Lukas 6:27-28). Kita tidak bisa hanya berhenti untuk mengampuni, tetapi juga harus mengasihi (ada rekonsiliasi) dan memberkati. Pengampunan itu kunci dari korban persembahan (Mat. 5:23-24). Jika tidak ada pengampunan terlebih dahulu, tidak usah memberikan korban. Jika di hati kita masih menyimpan hal-hal yang tidak baik, persembahan yang dilakukan tidak layak di hadapan Tuhan. Sama seperti kisah Kain dan Habel.

Empat sumur Ishak (Kej. 26:20-25)

Ishak menggali sumur yang pertama, Esek. Lalu, keluar airnya dan direbut oleh para gembala dari Filistin. Ishak pindah dan menggali sumur ke dua, yaitu Sitna, tetapi direbut lagi. Ishak pindah lagi ke sumur ke tiga, yaitu sumur Rehobot, digali oleh ishak dan mengeluarkan air. Dan sumur ke empat, Bersyeba. Tuhan memberkati apa pun yang dilakukan oleh Ishak.

Ishak lebih memilih untuk berdamai dan memberikan pengampunan, sehingga dia menggali sumur pertama sampai ke empat. Setelah melakukan pengampunan, Ishak melakukan rekonsiliasi dengan Abimelekh.  Sehingga, Ishak mengalami berkat Tuhan di dalam kehidupannya.

Ishak selalu berhasil Karena dia taat kepada perintah Tuhan. Dia mengampuni dan memberkati, artinya Ishak melakukan rekonsiliasi (Kej. 26:27-29). Pengampunan yang luar biasa terjadi, apabila disepakati oleh kedua belah pihak. Pengampunan dari dua belah pihak akan membawa rekonsiliasi. Karena itu, harus ada kesepakatan supaya di saat meminta apa pun, akan dikabulkan oleh Bapa di surga (Mat. 18:19). Oleh karena itu, lebih baik cepat berdamai dan mengadakan rekonsliasi apabila ada kesalahan yang telah diperbuat.

Kesimpulan

Tuhan Yeshua ada di dunia melakukan misi Bapa untuk memberikan pengampunan. Ketika Bapa di surga sudah mengampuni, kita juga harus mengampuni kesalahan orang lain terhadap kita. Kita tidak bisa hanya berhenti untuk mengampuni, tetapi juga harus mengasihi (ada rekonsiliasi) dan memberkati. Saat rekonsiliasi terjadi, akan ada restorasi yang kita alami.