Roma 7: 4
Saat membaca surat-surat yang ditulis oleh Rasul Paulus, kita harus hati-hati dan teliti. Karena dapat menimbulkan salah tafsir, yang berdampak pada pemahaman firman yang keliru (tidak sesuai dengan kehendak Tuhan).
Contoh kesalahpahaman terhadap surat-surat Rasul Paulus adalah beberapa orang Kristen menafsirkan bahwa mereka sudah mati bagi hukum taurat. Artinya, Torah dianggap sudah tidak berlaku. Tafsiran tersebut kurang tepat (keliru), yang seolah-olah hukum taurat bertentangan dengan pekerjaan Tuhan Yeshua.
Pendapat/ajaran Rasul Paulus tentang Torah (Roma 2:6-8, 13b)
- Roma 2:6-8 merupakan pendapat atau ajaran Rasul Paulus yang ada di Kitab Perjanjian Baru bahwa pelaku Torah akan dibenarkan.
- Roma pasal 3 menerangkan bahwa kita hanya bisa diselamatkan melalui kasih karunia (karya Tuhan Yeshua) dan iman. Sebenarnya, bukan hanya kasih karunia dan iman, melainkan perlu ditambahkan perbuatan baik yang Tuhan sediakan (Torah firman Tuhan). Maksud rasul Paulus, ajaran kasih karunia melalui iman tidak membatalkan Torah, justru meneguhkan Torah (Rom. 3:31). Setelah menerima dan percaya kepada Tuhan Yeshua, kita bisa melakukan Torah sesuai dengan hati Tuhan. Bukan melakukan Torah secara legalistik (seperti yang dilakukan orang-orang Farisi). Perbuatan melakukan Torah harus dilakukan dengan benar dengan pimpinan Roh Kudus, sehingga Torah yang dilakukan bukan mendatangkan kutuk, melainkan berkat.
- Roma 7:12 menerangkan bahwa Torah itu kudus dan perintah itu kudus, adil (benar) dan baik (memberkati). Torah diberikan untuk memberkati kita untuk menjadi baik, seperti yang telah Tuhan rencanakan. Torah adalah rohaniah (Roma 7:14). Manusia yang belum lahir baru adalah lahiriah atau daging. Artinya, Torah adalah rohaniah, sedangkan manusia jasmaniah. Sehingga, manusia jasmani tidak mampu melakukan Torah.
Oleh karena itu, Tuhan Yeshua datang untuk memberikan kelahiran baru. Setelah, seseorang telah dilahirkan kembali menjadi manusia yang baru, Torah ada di dalam dirinya.
Kita perlu tahu dan mengerti secara benar dan tepat tentang perjanjian Baru
Perjanjian baru merupakan Torah yang ditaruh di dalam batin dan ditulis dalam hati kita oleh Roh Kudus (Ibr. 8:10, Yer. 31:31-33). Perjanjian baru berisi Torah (seluruh isi Kitab Suci mulai dari Kejadian sampai Wahyu).
Awalnya dari perjanjian yang diberikan kepada bangsa pilihan (Israel) dan diteruskan kepada kita yang percaya kepada Tuhan Yeshua. Jadi, Perjanjian Baru adalah kondisi hati yang dipenuhi Torah (Musa) dan ditulis oleh Roh Kudus, seperti yang telah diajarkan oleh Tuhan Yeshua dan para rasul-rasul-Nya.
Ajaran Paulus tentang Torah sama dengan ajaran Tuhan Yeshua sendiri (Mat. 5:17)
Ajaran Paulus tentang Torah adalah untuk mengajar sesuai dengan hati Tuhan. Sebab hati Tuhan adalah menggenapi Torah. Tuhan Yeshua datang bukan untuk membatalkan Torah, melainkan untuk menggenapinya.
Menggenapi, artinya memberikan contoh, teladan, mengajar dan menafsir dengan benar.
Perbedaan ajaran Tuhan Yeshua dan ahli Farisi, adalah mereka mengajarkan Torah secara legalistik, sedangkan Tuhan Yeshua mengajarkan Torah iman atau Torah hati. Karena Torah harus dilakukan dengan kesungguhan hati dan ada pertobatan.
Daniel Juster Th.D seorang mesianik mengatakan bahwa legalistik bukanlah gaya hidup yang diberdayakan oleh anugerah untuk memenuhi Torah Tuhan, melainkan pembenaran dan kebanggaan diri sendiri. Melakukan Torah secara legalistik akan melipatgandakan perintah yang muncul dari diri sendiri dan tidak sesuai dengan firman Tuhan. Jika memiliki semangat legalistik, kita akan mengalami kesulitan untuk membedakan antara perintah yang benar-benar harus dilakukan (lebih penting) atau sebaliknya.
Mati terhadap Torah (Roma 7:4, band. ayat 1-3)
Paulus memberikan contoh tentang Torah dalam ikatan pernikahan. Torah menjelaskan tentang hukum perkawinan apabila suami meninggal, istri dibebaskan dari bagian hukum Torah yang mengatur perkawinan.
Sama halnya juga dengan kita, karena manusia lama kita telah mati, ada tiga aspek Torah yang tidak lagi mengejar kita yaitu:
- Kapasitas Torah yang mendorong untuk melakukan perbuatan dosa (Roma 7:5-14). Contohnya, sifat manusia yang cenderung ingin melakukan hal yang dilarang. Bila kehidupan manusia lama sudah mati, maka kapasitas Torah yang mendorong untuk berbuat dosa sudah tidak ada. Karena tidak ada keinginan untuk berbuat atau melakukan dosa kembali.
- Kapasitas Torah yang menghasilkan rasa bersalah, rendah diri, dan penyesalan yang tidak terobati (Roma 7:15-25).
- Kapasitas Torah untuk menghukum (kutuk) tidak lagi berlaku bagi kita yang hidup dan berjalan menurut pimpinan Roh Kudus. Karena itu, kita harus hidup mendekat dan melekat kepada Tuhan.
Kesimpulan
Bapa memberikan Torah melalui Musa, supaya kita hidup dalam berkat dan bukan kutuk. Kita dapat mengalaminya melalui iman dalam kasih karunia Tuhan Yeshua yang memberikan Roh Kudus kepada kita. Karena itu, kita perlu lahir baru (manusia lama dimatikan), sehingga hidup menurut pimpinan Roh Kudus, yang akan membebaskan kita dari kutuk Torah dan terbebas dari keinginan nafsu dari kedagingan.