Apa yang Tuhan rancangkan tidak pernah gagal. Jadi, kita perlu untuk berjalan di dalam rencana Tuhan sehingga apa yang kita kerjakan berhasil termasuk kita sebagai umat Tuhan juga akan mengalami penggenapan janji Tuhan.
Standar kesuksesan atau keberhasilan seseorang diukur dari sesuatu yang membuat kagum dunia (kekayaan, kepandaian, dan sebagainya). Tiap orang memiliki panggilan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain. Cara pandang yang salah membuat seseorang bisa berpikir bahwa hidupnya gagal. Karena dia akan membandingkan hidupnya dengan orang lain.
Belajar dari Eliezer (Kej. 24: 1)
Status Eliezer adalah hamba Abraham. Firman Tuhan dalam Amsal 17: 2, “Budak yang berakal budi akan berkuasa atas anak yang membuat malu, dan akan mendapat bagian warisan bersama-sama dengan saudara-saudara anak itu.” Ayat di atas merujuk pada seorang Eliezer. Versi literal diterjemahkan sebagai intelligent servant (hamba yang cerdas). Jadi, seorang anak yang suka bikin malu, akan dikuasai oleh hamba yang pintar.
Midrash Bereishit Rabbah 60: 2, “Seorang hamba yang cerdas: Merujuk pada Eliezer. Apa artinya? Aku terpanggil untuk melayani… Suatu hal yang terbaik menjadi pelayan di rumah Abraham dan tidak di tempat lain. Eliezer menyadari bahwa panggilannya bukan menjadi tuan. Eliezer sadar bahwa yang terbaik adalah menjadi pelayan di rumah Abraham. Artinya, Eliezer paham tujuan hidupnya termasuk hidup kita bukanlah sebuah kebetulan.
Tuhan dapat memakai setiap kita dengan cara-Nya. Namun, kita harus menemukan apa yang harus kita lakukan sesuai dengan yang Tuhan investasikan dalam hidup kita sehingga akan membawa pada panggilan kita. Panggilan Abraham dan Ishak berbeda. Panggilan Musa dan Yosua berbeda, tetapi mereka punya tujuan yang sama. Ketika kita mengetahui panggilan kita dan berjalan di dalamnya, segala yang kita lakukan akan menghadirkan kerajaan surga di dunia.
Panggilan masing-masing kita akan membawa pada panggilan secara kelompok. Kita harus menjadi duta-dutanya Tuhan sehingga saat orang datang ke gereja ini, mereka dapat merasakan hadirat Tuhan/ gambaran kerajaan surga (feels like home). Saat kita masuk dalam panggilan Tuhan, aturan yang berlaku adalah mekanisme dari Tuhan bukan hukum dunia. Artinya, saat dunia chaos, dan kita ada di “tanah kerajaan surga,” kekacauan itu tidak berlaku atas kita. Kita dipanggil menjadi warga/ keluarga kerajaan surga, artinya aturan Elohim Israel yang berlaku dalam hidup kita.
Imam Tuhan (Yesaya 61: 6)
Rashi menjelaskan bahwa imam Tuhan disebut juga pangeran/ putri (pewaris kerajaan). Terjemahan Complete Jews Bible (1 Pet. 2: 9) dituliskan, “Namun, kamu umat yang terpilih, KING’S COHANIM (Imam dari Raja), bangsa yang kudus, suatu umat yang dimiliki oleh Tuhan. Mengapa? Supaya kamu bisa mendeklarasikan puji-pujian kepada DIA yang telah memanggil kamu dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib.” Terjemahan The Message, “Namun, kamu yang dipilih oleh Tuhan, dipilih untuk panggilan yang tinggi sebagai imam, dipilih untuk menjadi umat yang kudus, sebagai alat Tuhan melakukan pekerjaan-Nya dan berbicara bagi-Nya, untuk menyampaikan kepada yang lain, hari demi hari Tuhan mengubahkan hidupmu dari yang tidak berarti menjadi sesuatu yang berarti, yang tadinya ditolak menjadi diterima.”
Kita juga adalah duta-duta besarnya Tuhan yang harus berbicara dan bersikap yang mencerminkan karakter Tuhan Yeshua. Menjadi keluarga kerajaan Tuhan berbeda dengan tamu. Keluarga kerajaan Tuhan akan taat pada aturan yang berlaku di kerajaan Tuhan, sedangkan tamu tidak merasa nyaman dengan aturan itu. Semua kebenaran yang Tuhan bukakan di tempat ini akan mengarah kepada kerajaan surga. Tuhan ingin menegakkan kerajaan-Nya di dunia ini melalui kita. Karena itu, Tuhan mengajak kita untuk belajar aturan kerajaan surga, yaitu TORAH.
Belajar dari Patriakh (Kejadian 32: 4)
Terjemahan bahasa asli, גַּרְתִּי gartiy (aku sebagai orang asing/ pengembara) yang memiliki gematria 613, sama dengan jumlah ketetapan dan perintah-perintah Tuhan. Artinya, saat Yakub tinggal di Laban, dia tetap melakukan ketetapan dan perintah Tuhan.
Juga Abraham yang mengalami pengenalan akan Tuhan. Sebelumnya, Abraham menyebut “kepada Elohim Pemilik Surga dan bumi…” (Kejadian 24: 3), lalu menyebut “kepada Elohim Pemilik surga (ay. 7). Apa perbedaannya? Rashi menjelaskan pada ayat 7 Abraham dipanggil keluar dari Ur-Kasdim dan Abraham belum memenuhi panggilannya, sedangkan ayat 3 saat Abraham membuat perjanjian dengan Eliezer. Artinya, saat Abraham dipanggil keluar, Nama Tuhan belum dikenal di bumi. Setelah Abraham mengenalkan Tuhan kepada banyak orang, Nama Tuhan tidak hanya dikenal di Surga, tetapi juga di bumi. Ini juga menjadi panggilan kita, supaya orang lain dapat melihat dan merasakan kerajaan Surga melalui hidup kita.
Ishak yang memiliki karakter yang berbeda dengan Abraham, juga memiliki visi yang sama untuk membawa kerajaan surga di dunia. Juga Tuhan Yeshua datang dengan mengabarkan untuk bertobat sebab kerajaan Surga sudah dekat.
Kesimpulan
Orang terbaik untuk menggenapi misi ilahi adalah diri kita sendiri. Tidak ada seorang pun yang dapat melakukan lebih baik daripada kita sendiri, kita pun tidak dapat lebih baik dengan melakukan bagian orang lain.