March 31, 2023

Turn Up the Heat

Turn Up the Heat

Kita harus menyadari bawah Tuhan sungguh mengasihi kita. Contoh sederhananya, Tuhan mendekatkan kita kepada kebaikan-kebaikan-Nya dan menghindarkan kita dari hal-hal yang jahat atau yang membawa kita keluar dari jalan Tuhan. Saat kita belajar firman Tuhan dengan sungguh-sungguh, itu akan berdampak di dunia spiritual dan jasmani. Namun, untuk tetap konsisten melakukan kebenaran Tuhan, tidaklah mudah. Dalam perbuatan untuk melakukan kebenaran, tidak mudah dilakukan di tengah-tengah dunia yang makin gelap.

Apakah artinya kita sama sekali tidak melakukan kebenaran firman Tuhan? Tidak demikian. Bersyukur kita, umat-Nya, di Bukit Zion diberikan anugerah dari Tuhan yang menuntun kita untuk bisa menghidupi seperti teladan Tuhan Yeshua sehingga kita tidak akan merasa firman Tuhan tidak bisa dilakukan atau terlalu jauh bagi kita. Sebab Torah itu dekat di mulut untuk kita pelajari dan lakukan. Ketika Tuhan memberitahukan jalan-Nya, kita akan melakukan hal-hal yang mustahil.

Panaskan api! (Imamat 6: 13)

Versi literal, “Api yang menyala harus terbakar terus-menerus di atas mezbah; jangan sampai padam.” Saat kita membawa kegelapan atau kedagingan dan menaruhnya di atas mezbah, kita harus memastikan ada api yang terus menyala dan membakar semua yang di atasnya. Kalau tidak ada api yang membakar, kedagingan atau hal-hal negatif yang sudah kita serahkan juga tidak habis sehingga tidak terlihat perubahan dalam hidup.

Tentang “api yang menyala” sudah disinggung oleh Yohanes mengenai nubutan Tuhan Yeshua (Matius 3: 11, Amp). Teks dalam Sanhedrin 39a menjelaskan, “… bila Tuhan sebagai Imam, maka kepadanya akan diberikan persembahan (teruma) (Keluaran 25: 2). Saat Dia hendak mengubur Musa, bukahkah DIA akan menjadi najis? Dan dengan apa DIA harus membersihkan Diri-Nya? Rabbi Abbahu menjawab bahwa DIA disucikan dengan api (Yesaya 66:15) … api dapat memurnikan lebih daripada air.

Tuhan memberikan kita cara supaya kita punya kesempatan bertahan dalam menghadapi tantangan di dunia sehingga bisa sampai ke tujuan Tuhan. Tanpa kita merasa terbebani dan kita dapat berkata bahwa kuk yang Tuhan pasang itu enak dan ringan. Karena itu, pastikan api itu menyala terus-menerus.

Kutipan Rabbi Dov Ber, Maggid of Mezeritch

“Membawa persembahan di mezbah tidaklah cukup. Satu hal diperlukan untuk menyalakan api di bawah persembahan itu. Api inilah yang akan menghabiskan hal-hal negatif. Lo Tichbeh, secara literal artinya “itu tidak boleh padam,” dapat ditafsirkan “akan menghabiskan (ticbeh) hal negatif (lo, ‘no’ in English)

Konsep Yahudi memaknai api sebagai bentuk kasih kepada Tuhan. Ketika seseorang punya kasih yang besar kepada pasangannya, hal yang kurang enak (masakan) tidak akan menjadi pertengkaran. Juga, saat kita sungguh-sungguh mengasihi Tuhan, kita akan melakukan perintah-Nya dengan sukacita dan rela hati. Memang butuh proses untuk bisa melakukan perintah Tuhan dengan kerelaan hati, seperti Musa, yang tiap hari menyalakan api di mezbah Tuhan (band. Imamat 9: 6-7) selama 7 hari. Dan, hari ke-8 Tuhan menyambar persembahan itu (Imamat 9: 23-24). Artinya, kita pun harus terus-menerus menyalakan api di atas korban sampai Tuhan menyambar korban itu sampai habis. Jadi, kita harus membawa segala hal negatif ke atas mezbah dan pastikan kita menyalakan apinya terus-menerus.

Kesimpulan

Jangan sekadar fokus untuk MENGHILANGKAN kesalahan (dengan kekuatan sendiri), tetapi tetaplah mengarahkan hidup kita untuk MEMUPUK cinta kita kepada Tuhan terus bertambah.