Yer. 48:11
Tuhan berbicara kepada umat-Nya menggunakan bahasa-bahasa yang sederhana dan mengambil contoh di dalam kehidupan sehari-hari. Bentuk komunikasi Tuhan kepada umat-Nya menggunakan beberapa istilah untuk mengajar, menegur, mendidik dll. Istilah-istilah yang sering Tuhan gunakan selalu ada di sekitar manusia (masa lampau dan masa sekarang).
Rasanya tetap dan baunya tidak berubah (Yer. 48:11, band. Zef. 1:12)
Kehidupan bangsa Moab seperti seperti anggur di atas endapannya sehingga Tuhan menegur sikap mereka. Mereka memiliki kehidupan yang tenang, aman, tentram, nyaman, dan tidak ada goncangan. Kondisi nyaman membuat seseorang terkecoh dan tidak berjalan dalam rencana Tuhan.
Kondisi seperti anggur yang mengental di atas endapannya (Zef. 1:12), sama seperti kehidupan yang acuh (tidak peduli) dengan orang lain bahkan dengan Tuhan. Tidak ada koneksi untuk terhubung dengan Kerajaan Surga, sedangkan Tuhan menginginkan umat-Nya mengalami perubahan hidup yang lebih baik (dinamis/ bergerak bersama Tuhan) dan bukan mengental seperti anggur. Kita bisa berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya, harus mengalami proses (mengalami tantangan, himpitan, dan sebagainya). Anggur yang menghasilkan rasa yang nikmat, akan mengalami proses dituang dari satu tempayan ke tempayan yang lain dan digoncang. Tuhan tidak menginginkan umat-Nya memiliki kehidupan seperti anggur di atas endapannya, rasanya tetap dan baunya tidak berubah.
Seperti anggur (Rat. 1:15b)
Proses pembuatan minuman anggur adalah diperas dengan cara diinjak-injak, lalu kotorannya akan tersaring saat dituang dari satu tempayan ke tempayan lain hingga keluar anggur yang murni. Saat ini, apapun kesulitan/ tantangan yang kita alami, itu sama seperti Tuhan sedang memeras dan menginjak-injak supaya keluar air anggur yang murni dalam diri kita. Hal yang murni dalam kehidupan orang percaya, adalah manusia roh yang lahir dari Roh Kudus. Saat manusia roh kita keluar, dia akan dipimpin oleh Roh Kudus (Gal. 5:25).
Seperti jintan (Yes. 28:27-28)
Tuhan juga menggunakan contoh yang lain, yaitu jintan. Rempah Jintan memiliki kulit luar, yang harus dipukul dengan galah dan tongkat supaya terkelupas. Kita juga sama dengan jintan. Tuhan memproses dan meremukkan umat-Nya dengan cara yang berbeda-beda supaya manusia roh kita keluar. Cara dan proses Tuhan tidak untuk menghancurkan. Meskipun Tuhan mengizinkan umat-Nya untuk mengalami peristiwa yang berat dan sulit, tujuan Tuhan bukan untuk menghancurkan, melainkan supaya hidup kita dapat menjadi berkat bagi orang lain karena ada perkenanan Tuhan. Sama seperti jintan yang dipukul-pukul untuk menghasilkan butiran-butiran yang berguna untuk bumbu masakan, kosmetik, dan obat-obatan.
Seperti bejana pualam (Markus 14:3)
Minyak narwastu yang wangi dan murni harganya pasti mahal sehingga berada di dalam bejana pualam. Firman Tuhan mencatat bahwa minyak narwastu digunakan untuk meminyaki kepala Tuhan Yeshua sehingga bagian atas bejana harus dipecahkan. Kita sebagai umat Tuhan, juga memiliki minyak narwastu. Namun, seringkali tidak bisa keluar sebab ada bagian bejana pualam belum kita pecahkan.
Kita lebih sering fokus pada hal yang terlihat atau tampak dari luar. Kita bangga dan lebih mengutamakan hal-hal lahiriah yang ada dalam diri kita (kepintaran, gelar, penampilan, dan sebagainya). Namun, hal-hal tersebut membuat Roh Kudus tidak bisa bekerja secara maksimal di dalam kehidupan kita.
Bejana pualam harus dipecahkan supaya Roh Kudus yang memimpin setiap langkah kehidupan kita. Contohnya, kehidupan seorang tokoh bernama John Sung, orang yang pintar dan mendapat banyak gelar. Saat mengalami perjumpaan pribadi dengan Tuhan, dia membuang ijazahnya ke laut. Gelar, kedudukan, bahkan jabatan tidak bisa diandalkan untuk menghadapi tantangan hidup. Hanya Roh Kudus yang bisa memimpin kehidupan kita untuk menggenapi rencana dan kehendak Tuhan.
Seperti biji gandum (Yoh. 12:24)
Seperti gandum, Tuhan akan memproses kehidupan kita. Satu biji gandum akan tetap satu biji. Bila ia mati, ia akan tumbuh. Ada proses penghancuran untuk menghasilkan banyak gandum. Kedagingan dalam diri kita harus dimatikan supaya menghasilkan banyak buah. Buah yang bisa dinikmati dan menjadi berkat bagi orang lain dalam pekerjaan, pelayanan, sekolah, dan sebagainya. Mengikut Tuhan artinya kita harus menyangkal diri supaya biji gandum bisa bertumbuh dan menghasilkan banyak buah. Kehidupan manusia lama harus terus dimatikan. Proses ini membutuhkan perjuangan dan menyakitkan, tetapi akan menghasilkan banyak buah.
Seperti Tuhan Yeshua (Yoh. 12:32-33)
Tuhan mengajarkan supaya biji gandum harus jatuh ke tanah dan mati. Dan, Tuhan membuktikan dengan kematian-Nya di kayu salib. Setelah Tuhan Yeshua disalib dan mati, Dia sebagai Tuhan menarik semua orang untuk datang kepada Bapa. Supaya Tuhan ditinggikan di dalam kehidupan kita, kedagingan dalam diri harus dimatikan. Saat kita menyalibkan kedagingan, artinya kita sedang meninggikan Tuhan dalam kehidupan kita.
Kesimpulan
Biarkan Tuhan yang memeras dan menginjak-injak kita, seperti anggur. Melalui berbagai kesulitan seperti memproses jintan sehingga bisa bermanfaat dan menjadi berkat. Dan, biarkan Tuhan yang menghancurkan kebanggaan kita terhadap hal-hal yang lahiriah, seperti bejana pualam yang dipecahkan. Kita juga terus mematikan kedagingan, seperti biji gandum yang jatuh di tanah dan mati. Semua merupakan jalan untuk meninggikan Tuhan dan menghasilkan buah sehingga Tuhan menarik banyak orang datang kepada-Nya melalui hidup kita.