October 31, 2021

Sepatah Kata dari Tuhan

Sepatah Kata dari Tuhan

Kita harus sungguh-sungguh bersyukur untuk kasih setia, kemurahan, pertolongan, dan kebaikan Tuhan yang terjadi di dalam kehidupan kita. Saat pandemi virus COVID-19 yang melanda seluruh dunia, saya sebagai seorang dokter mengalami juga terpapar COVID-19. Namun, karena kemurahan Tuhan, ada kesembuhan dan yang terpenting bagi saya adalah, Tuhan masih memberikan kesempatan untuk meneruskan dan menyelesaikan bagian yang telah Tuhan berikan kepada saya di dunia ini. Melalui sakit yang saya alami, saya sempat berhenti untuk melakukan segala aktivitas sebagai seorang dokter. Hari perhentian (sabbath) bersama Tuhan membuat kita belajar banyak hal. Saya tidak mengalami hal yang berkurang, tetapi sebaliknya, bertambah dalam rohani dan jasmani.

Kisah Perwira Romawi (Mat. 8:5-13)        

“Ketika Tuhan Yeshua masuk ke Kapernaum, datanglah seorang perwira mendapatkan Dia dan memohon kepada-Nya: “Tuan, hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh dan ia sangat menderita.” Tuhan Yeshua berkata kepadanya:” Aku akan datang menyembuhkannya.” Tetapi jawab perwira itu kepada-Nya:” Tuhan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku:Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya.” Setelah Tuhan Yeshua mendengar hal itu, heranlah Ia dan berkata kepada mereka yang mengikuti-Nya:”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorang pun di antara orang Israel. Aku berkata kepadamu: banyak orang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Surga, sedangkan anak-anak Kerajaan itu akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.” Lalu Tuhan Yeshua berkata kepada perwira itu:”Pulanglah dan jadilah kepadamu seperti yang engkau percaya.” Maka pada saat itu juga sembuhlah hambanya.”

Situasi di atas terjadi setelah Tuhan Yeshua berkhotbah di bukit dan berjalan memasuki kota Kapernaum. Kemudian, ada seorang perwira Romawi yang menghentikan perjalanan-Nya. Perwira Romawi ini memiliki iman yang besar. Padahal, dia bukan orang Israel. Tuhan Yeshua mengatakan bahwa DIA belum pernah menjumpai iman seperti yang dimiliki perwira Romawi di antara orang Israel. Perwira Romawi bisa memiliki iman yang besar kepada Tuhan Yeshua, sehingga dia bisa menjadi orang yang rendah hati, taat, dan setia kepada perkataan-perkataan Tuhan.

Kadar iman juga bisa ditentukan dengan seberapa dekat seseorang memiliki hubungan bersama Tuhan, sehingga hidupnya menghasilkan buah-buah roh yang tampak. Kita bisa belajar dari perwira Romawi bahwa sebagai orang percaya, kita harus memiliki iman yang besar. Iman bisa kita peroleh dari perkataan Tuhan atau firman-Nya (Roma 10:17). Karena itu, tiap kebenaran firman-Nya harus kita terima dan tidak menolak. Oleh karena itu, untuk segala sesuatu yang akan dan sedang kita lewati, kita harus selalu bertanya-tanya kepada Tuhan. Selanjutnya, mendoakan firman yang telah kita dapat.

Perwira itu hanya membutuhkan sepatah kata dari Tuhan Yeshua dan hambanya sembuh. Peristiwa yang dialami oleh perwira Romawi, juga saya alami. Saya juga membutuhkan sepatah kata dari Tuhan. Karena cinta, kasih, kebaikan, dan anugerah-Nya, Tuhan memberikan sepatah kata juga kepada saya.

Meskipun dia seorang perwira Romawi, dia mau datang kepada Tuhan Yeshua untuk memohon supaya hambanya sembuh. Kita pun harus menyadari bahwa siapa pun diri kita (mempunyai gelar, jabatan, kekayaan, kehormatan, dan lain-lain), kita pasti membutuhkan Tuhan.

Saat terpapar saya menyadari bahwa semua hal yang dunia berikan (kepandaian, kehormatan, kekayaan, koneksi, jabatan, dan lain-lain) dapat membuat seseorang menjadi sombong, tidak percaya, tidak bersandar, dan tidak mengandalkan Tuhan (Ams. 3:5-7).

Kebaikan dan kemurahan Tuhan (Maz. 8:4-6, Kej. 2:7)

“Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan; apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Elohim, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat” (Mazmur 8: 4-6).

Kej. 2:7, “Ketika itulah Tuhan Elohim membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.”

Saat kita bisa menyadari siapa diri kita di hadapan-Nya, maka kita bisa menghargai kebaikan dan kemurahan Tuhan kepada kita. Kita harus percaya bahwa kita diciptakan dari hembusan nafas-Nya. Dia memberikan nafas-Nya kepada kita, sehingga kita hidup. Sadari identitas diri kita di hadapan-Nya. Sebab Bapa sangat mengenal anak-anak-Nya.

Belajar dari Yosua

Yosua memimpin bangsa Israel masuk ke Tanah Perjanjian. Dia seorang pahlawan Israel yang melawan Amalek di Rafidim. Dia menjadi bujang Musa dan salah satu dari 12 pengintai.

Ada beberapa hal yang menarik daripada hal-hal tersebut, yaitu Yosua tidak ikut dalam penyembahan lembu emas dan dia setia mengikuti Musa di luar kemah pertemuan. Yosua mengerjakan hal-hal kecil yang mungkin tidak dilihat oleh orang lain, tetapi Tuhan melihat hal-hal kecil yang dilakukan Yosua.

Yosua adalah orang yang luar biasa. Hal itu membuatnya layak untuk memimpin bangsa Israel untuk masuk tanah Kanaan. Hal penting yang bisa kita pelajari dari Yosua, yaitu “Kuatkan dan teguhkanlah hatimu,” ayat ini diulang sampai tiga kali (Yos. 1:6-9). Artinya, Tuhan sedang mengingatkan supaya Yosua menguatkan dan meneguhkan hati sebagai pewaris janji, memegang Torah, dan menguduskan diri. Sebab Tuhan hendak melakukan perbuatan ajaib/mujizat (Yos. 3:5).

Yosua selalu menantikan sepatah kata dari Tuhan. Contohnya, saat berperang melawan Yerikho, Yosua bertemu dengan sosok manusia dengan pedang terhunus (yang menyatakan diri sebagai Panglima Balatentara Tuhan), “Tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat engkau berdiri itu kudus”(Yos. 5:13-15). Yosua memiliki iman percaya dan setia untuk selalu menantikan sepatah kata dari Tuhan. Yosua juga menjagai hidup kudus, sehingga mengalami mujizat Tuhan.

Kesimpulan

Kita bisa belajar dari Perwira Romawi dan Yosua bahwa mereka memiliki iman yang besar. Kita pun harus memiliki iman yang besar melalui sepatah kata dari Tuhan (firman-Nya). Sebab iman timbul dari pendengaran firman Tuhan (Rom. 10:17). Saat kita memiliki waktu bersama Tuhan (berdoa, belajar firman Tuhan, saat teduh, beribadah, memuji, dan menyembah Tuhan), Tuhan akan memberikan sepatah kata (Firman-Nya). Sehingga, mujizat Tuhan dapat terjadi dan kita alami.