Minggu lalu kita belajar bahwa Tuhan menciptakan kita untuk “melampaui” dunia. Bukan sekadar menjadi sukses/ kaya, melainkan kita juga diberikan kemampuan untuk “melampaui” dosa, cobaan, dan segala hal yang bisa membuat kita menjauh dari Tuhan. Tuhan menciptakan kita dengan mekanisme untuk menaklukkan hal-hal seperti itu.
Namun, kita harus ingat bahwa ada pihak yang selalu berusaha menjatuhkan kita dengan memberikan cobaan, godaan, dan rintangan. Cobaan selalu berkaitan dengan “kedagingan” (animal instinct). Si jahat pun mencobai Tuhan Yeshua setelah Dia berpuasa dan merasa lapar (Matius 4: 1-11, Lukas 4: 1-13). Rasa lapar sebagai bentuk “kedagingan” (animal instinct) yang digunakan si jahat untuk menjatuhkan Tuhan Yeshua. Lalu, Yusuf juga dicobai oleh godaan seksual dari istri Potifar. Ini pun bentuk “kedagingan” (animal instinct) sebagai umpan yang dilempar oleh si jahat. Karena itu, kita harus berusaha untuk menguasai hal itu, sehingga tidak melakukan dosa yang sama terus-menerus. Kita harus menguatkan diri, sehingga tidak “memakan” umpan yang si jahat berikan.
Mari kita belajar dari kisah Yusuf yang mampu menaklukkan “kedagingannya” dan menang atas cobaan dari si jahat.
Feed Your Soul
Kita harus memberikan makan roh kita dengan firman Tuhan tiap hari, seperti yang dilakukan Yusuf (band. Kejadian 37: 3). Saat itu, Torah belum tertulis, tetapi Torah lisan sudah diajarkan secara turun-temurun sejak Nuh (band. Kejadian 7: 2), lalu diturunkan ke anaknya, Shem (catatan: dalam literatur Ibrani ditafsirkan sebagai Melkisedek yang menerima persembahan perpuluhan dari Abraham). Selanjutnya, ke Eber (keturunan Shem). Abraham, Ishak, dan Yakub juga belajar Torah kepada mereka (Shem dan Eber).
Dan, Yakub mengajarkan Torah itu kepada Yusuf (Kej. 37: 3) dalam terjemahan literatur, “ … a son of his old age …” Arti kalimat itu menurut pandangan Rashi, adalah “seorang anak yang bijaksana. Karena apa pun yang Yakub pelajari dari Shem dan Eber diberikan semuanya kepada Yusuf.” Artinya, Yusuf mengisi hidupnya (rohnya) dengan firman Tuhan. Kita pun harus memberi makan roh kita dengan kebenaran firman Tuhan. Itu akan menjadi dasar yang kuat untuk mengalahkan umpan yang dilempar oleh si jahat.
Have a divine consciousness
Kita harus memiliki kesadaran ilahi. Artinya, kita sadar bahwa kita bisa dipakai Tuhan untuk menghadirkan surga di dunia melalui tindakan dan hal-hal yang dipercayakan kepada kita. Kita tahu Yusuf saat berada di Mesir, awalnya sebagai budak lalu dibeli oleh Potifar. Saat berada di rumah Potifar, dia menjadi kepala rumah (Kej. 39: 8-9). Namun, Yusuf sadar ketika dia melakukan pekerjaannya dengan baik dan memuaskan, dia sedang menghadirkan “surga” di situ (Kej. 39: 3). Sebab Tuhan membuat kelimpahan berada di tangan Yusuf. Ada perbedaan yang terjadi saat Yusuf berada di rumah Potifar dan di penjara (Kej. 39: 23), Rashi mengatakan, “Nama Tuhan yang bertahta di surga senantiasa terucap dari mulutnya.” Yusuf melakukan pekerjaan yang dipercayakan padanya dengan baik dan memuaskan karena dia sadar bahwa itu artinya kesempatan untuk menghadirkan surga. Sehingga, Tuhan membuat berhasil apa pun yang Yusuf kerjakan. Inilah kesadaran ilahi.
Kita pun harus belajar “menghadirkan surga” dalam tiap hal yang Tuhan percayakan kepada kita (harta, jabatan, talenta, dan sebagainya), sehingga Tuhan juga membuat berhasil apa yang kita kerjakan. Sebab Tuhan ingin memakai kita untuk menjadi terang yang memancar di tengah kegelapan.
Don’t let it empty
Jangan biarkan ada kekosongan (pikiran kosong, waktu kosong, dan sebagainya) sebab ada bahaya yang mengintai. Contohnya, Daud yang punya “waktu kosong,” di saat yang lain berperang. Si jahat memberikan umpan kepada Daud, sehingga dia jatuh dalam dosa.
Bila kita sudah mengisi hidup kita dengan kebenaran firman Tuhan dan kita melakukan kebenaran itu dalam tiap hal yang Tuhan percayakan, tentunya kita tidak punya waktu kosong lagi yang bisa si jahat pakai untuk menjerat kita dalam umpannya (band. Kej. 37: 24). Sumur yang kosong dan tidak berair, menurut Rashi, “saat tidak ada air, yang ada di dalamnya adalah ular dan kalajengking” (band. dengan peringatan dari Tuhan Yeshua dalam Lukas 11: 24-26; Matius 12: 44-45). Kita tahu bahwa air menggambarkan Torah firman Tuhan (saat hari ke-8 perayaan Sukkot, Tuhan Yeshua mengatakan bahwa dari dalam diri-Nya mengalir air kehidupan.) Jadi, ketika hati dan roh kita kosong, maka roh jahat yang lebih jahat akan menguasai.
Bila kita belajar dari Yusuf, dia juga tidak punya waktu kosong. Dia mengisi hidupnya dengan sebuah tujuan ilahi dan tetap melakukan pekerjaannya (band. Kej 39: 11). Mari kita isi hidup kita dengan tujuan ilahi untuk menghadirkan surga di tengah dunia yang gelap.
See God’s vision
Mari kita melihat visi dari Tuhan, artinya melihat apa yang Tuhan lihat. Contohnya dalam hidup Yusuf (Kej. 39: 11) versi literatur, “… none of the people of the house were there in the house,” (tak seorang pun yang seharusnya tinggal di rumah itu sedang berada di situ).
Tur HaAroch menjelaskan kalimat di atas, “Bahwa ada pribadi lain yang hadir, yaitu penglihatan gambar wajah Yakub, ayahnya. Wajah ini mengingatkan Yusuf supaya tidak jatuh kepada godaan wanita itu.” Roh Tuhan yang menyertai Yusuf menunjukkan penglihatan wajah Yakub.
The Lubavitcher Rebbe, Kehot Chumash mengatakan, “Sering kali di hidup kita juga dihadapkan godaan untuk melakukan dosa. Saat inilah kita juga harus bisa melihat “gambaran Yakub” supaya mengingatkan kita bahwa apa yang kita lakukan tidak hanya berdampak saat itu, tetapi semua tindakan kita berdampak di semesta ini. Bisa memulihkan atau menghancurkan dunia ini.” Yusuf melihat bahwa godaan wanita itu tidak bernilai sebab dia sadar bahwa tujuan ilahi atas hidupnya jauh lebih besar dan berharga.
Kesimpulan
Jangan menjadikan Nama Tuhan seperti mantra, tetapi saat kita dilepaskan dari roh jahat, lakukan langkah-langkah di atas, seperti yang Yusuf lakukan. Saat kita melakukan perintah Tuhan sekecil apa pun (remeh di hadapan orang), tetapi itu akan makin menyala dan berdampak bagi sekeliling kita. Bagaimana kita mengusir kegelapan itu? Banjiri hidup kita dengan terang yang lebih besar.
Leave a Reply