Minggu ini Torah Parshah adalah Chukat, berbicara tentang perintah Tuhan yang tidak bisa dijelaskan secara logika. Di balik aturan yang seperti itu, sebenarnya ada kekayaaan secara spiritual yang besar. Saat mendengar kedatangan Tuhan makin dekat, seharusnya kita menyambut dengan sukacita sebab kita sudah mengetahui aturan kerajaan-Nya dan masuk dalam rencana-Nya. Pengenalan akan Tuhan harus terus bertambah dan lebih dalam. Dan, ada hal dalam hidup kita yang harus diselaraskan dengan firman Tuhan. Kebaikan Tuhan yang diberikan kepada kita yang taat melakukan perintah Tuhan sebagai upah (reward) berbeda dengan orang yang suka melawan perintah Tuhan. Segala hal yang kita kerjakan untuk Tuhan tidak akan menjadi sia-sia.
Bilangan 21:33-34
Versi literal (ayat 34), Tuhan berkata kepada Musa, “JANGAN TAKUT KEPADANYA. Karena Aku telah menyerahkan dia, pengikutnya, dan tanahnya ke dalam tanganmu. Perbuatlah kepadanya seperti yang engkau perbuat kepada Sihon, raja orang Amori, yang tinggal di Heshbon.”
Mengapa Tuhan berkata kepada Musa supaya tidak takut melawan Og? Padahal kita tahu sebelumnya Musa tidak takut menghadapi seorang Firaun dan bangsa-bangsa yang melawan Israel. Namun, di peristiwa ini Tuhan menekankan kepada Musa supaya tidak takut. Musa juga sudah tahu tentang keberadaan raksasa-raksasa dari para pengintai. Siapakah Og sebenarnya? Apa yang Musa takuti dari Og?
Og, The Giant
Og, raja Bashan, adalah keturunan raksasa yang tersisa dari peristiwa di Refaim. Di dalam Tanakh, Og muncul di kitab Bilangan, tetapi di banyak literatur Yahudi yang lain menurut Rashi sudah muncul di zaman Abraham. Og terlahir sebagai keturunan raksasa, yang terbukti dengan ditemukannya dan dipajang di kota Raba oleh orang Amon, yaitu ranjang besi berukuran 2m X 4.5m (Ulangan 3:11).
Ketika kaum raksasa dimusnahkan, dia menjadi satu-satunya yang tersisa dari kaumnya. Di zaman Abraham, kita tahu bahwa Lot ditahan oleh raja Kedorlaomer. Penjelasan Rashi, “Musa takut berperang melawan Og karena dampak dari pahala nasihat Og kepada Abraham, seperti ada tertulis, “seorang pengungsi datang” (Kejadian 14:13). Ini adalah Og yang kabur dari Refaim ketika diserang oleh Chedorlaomer dan sekutunya di Ashteroth Karnaim, seperti tertulis “hanya Og, raja Bashan yang tersisa” (Ulangan 3:11).
Og memberitahu Abraham bahwa Lot sedang ditawan. Motivasi Og memberitahu Abraham karena dia melihat Abraham memiliki harta yang sangat banyak dan istri yang cantik. Dia menginginkan semua milik Abraham. Dia memberitahu Abraham supaya Abraham maju berperang dan kalah sehingga seluruh milik Abraham menjadi miliknya. Namun, ternyata perkiraannya salah. Sebab Tuhan memberi kemenangan kepada Abraham dan Tuhan memperingatkan Og bahwa hidupnya akan dihancurkan oleh keturunan Abraham.
Apa yang Musa takutkan?
Musa takut kepada Og karena dia tahu bahwa Og pernah melakukan kebaikan kepada Abraham dengan memberitaku keberadaan Lot. Musa khawatir ada pahala dari kebaikan Og kepada Abraham. Musa takut bila orang tersebut ternyata dianggap benar di hadapan Tuhan, Musa akan mengalami kekalahan. Karena itu, Tuhan perlu menekankan kepada Musa supaya tidak takut kepada Og. Sebab di hadapan Tuhan, dia memiliki motivasi yang tidak baik meskipun tampaknya dia melakukan kebaikan kepada Abraham.
Apa yang terjadi di dalam hidup kita tidak hanya dipengaruhi dengan apa yang terlihat. Sebab yang tidak terlihat memiliki dampak yang sangat besar juga. Musa takut karena ada dampak (pahala) pada Og yang pernah berbuat baik kepada Abraham (seorang tzadik, orang benar).
Artinya, ketika kita melakukan kebenaran dan perbuatan baik di hadapan Tuhan kepada orang lain, kita akan menerima pahala (upah). Saat kita melakukan perbuatan baik sesuai firman Tuhan dengan motivasi yang benar, kita akan memperoleh dampak yang besar.
Kesimpulan
Tuhan sungguh menggenapi firman-Nya yang dikatakan kepada Og (Bilangan 21:35). Firman Tuhan pasti digenapi. Tuhan mengingatkan janji-Nya dalam Maleakhi 3:13-17, sekali lagi Tuhan berfirman, ‘’engkau akan melihat perbedaan antara orang benar dan orang fasik, antara orang yang melayani Tuhan dan yang tidak meayani Tuhan” (ay. 18).