January 21, 2022

MENGENAL CHAG LA’ILANOT

MENGENAL CHAG LA’ILANOT

Mungkin asing bagi kita tentang chag la’ilanot. Dan, kita akan belajar tentang hal tersebut. Chag artinya hari raya dan la’ilanot berarti pohon-pohonan, artinya holiday of the trees/birthday of the trees atau hari raya pohon-pohonan. Chag La’ilanot disebut juga dengan Rosh HaShanah La’ilanot. Kita belajar tentang hari raya ini supaya bisa mengenal hati Tuhan terhadap tumbuhan/ pohon-pohonan. Juga, makna dari hari raya tersebut yang bisa diterapkan di dalam kehidupan kita, sehingga kita bisa melihat dari cara pandang atau sikap Tuhan terhadap pohon-pohonan. Kita perlu mengerti tentang kehidupan pohon-pohon yang Tuhan ciptakan sebab dapat menentukan kesejahteraan kehidupan kita di bumi.  Kita tidak bisa lepas dari kehidupan alam yang telah Tuhan ciptakan, sehingga kita harus bersikap dengan benar dan tepat.

Chag la’ilanot bukan moedim

Hari raya chag ini tidak ditulis di Torah atau tidak diperintahkan untuk memperingatinya. Berbeda dengan moedim (Sabbath, 3 hari raya tahunan) sebagai hari yang telah ditentukan oleh Tuhan dan diperintahkan untuk dirayakan secara turun temurun. Chag la’ilanot tergolong holiday (hari libur) tapi bukan holy day (hari yang dikuduskan). Kita mempelajari hari raya ini karena manfaatnya sangat besar bagi kehidupan kita di bumi. Kita tahu bahwa bangsa Israel unggul dalam produksi buah dan bunga. Bahkan menjadi satu-satunya negara di dunia dengan positive balance untuk pohon.

Pohon di mata Tuhan (Yes. 55:12b (ILT); Maz. 1: 3a (LAI))

Pohon sering digambarkan seperti manusia yang bisa bertepuk tangan. Manusia juga digambarkan seperti pohon (Maz. 1: 3a) dan Tuhan sangat peduli dengan pohon (Ul. 20: 19-20). Tuhan mempunyai hati untuk pohon yang telah diciptakan-Nya, kita pun harus memiliki rasa sayang dan peduli terhadap pohon (Im. 19: 23-25). Ketika menanam pohon, bangsa Israel tidak boleh makan buah selama tiga tahun pertama dan di tahun ke empat seluruh buah harus dibawa di hari raya/moedim tahunan ke Yerusalem (dipersembahkan kepada Elohim).

Hasil buah dalam kurun waktu tiga tahun pertama yang tidak boleh dimakan disebut, Orlah. Tahun ke lima mulai boleh dimakan dan akan dilipatgandakan oleh Tuhan. Hal ini masih tetap berlaku bagi bangsa pilihan (Israel). Memasuki tahun 5782/2022, ini adalah tahun ke tujuh bagi tanah, sehingga tidak boleh ditanami.

Mengapa 15 Shevat?

Hujan akhir tahun dimulai pada saat hari raya Sukkot (15 Tishri). Hujan terus turun selama empat bulan, sehingga tanah akan menjadi penuh dengan air (gembur dan subur). Diperkirakan hujan selesai saat 15 Shevat, artinya itulah saatnya untuk menanam (tepat 4 bulan setelah Sukkot). Saat 15 Shevat adalah mereka menaati perintah Tuhan untuk mempraktikkan terumah (seperlima puluh/ buah sulung), orlah, dan ma’aser sheni (perpuluhan ke dua). Kita dapat belajar juga untuk makin teliti dalam memberi persembahan kepada Tuhan dan makin mengetahui isi hati Tuhan.

Pelaksanaan 15 Shevat awalnya untuk agrikultur/mengingatkan petani untuk menanam. Pada abad 16, Rabi Yitzchak Luria (dari Safed, Siria) mengawali Tu B’Shevat seder (makan buah-buahan) dengan keyakinan bahwa Tuhan yang telah menciptakan dan memelihara pohon-pohon, sehingga bisa dinikmati. Zaman sekarang, hari raya ini diperingati sebagai liburan dan mereka berbondong-bondong untuk menanam pohon, memberikan donasi ke yayasan lingkungan hidup, dan sebagainya. Hasilnya untuk mereka dapat berbagi kasih.

Kesimpulan

Chag La’ilanot yang kita pelajari supaya kita menyadari bahwa Tuhan, sebagai pencipta selalu mengasihi hasil ciptaan-Nya. Rekonsiliasi dan restorasi manusia akan mendorong juga pemulihan pohon dan bumi, yang akan sempurna dalam Kerajaan 1000 Tahun Damai.  Karena itu, sebagai anak Bapa, kita perlu untuk terus meningkatkan kesadaran tentang lingkungan dengan cara mengelola, merawat, dan memperbaiki keadaan bumi. Kita dapat mencontoh bangsa pilihan dalam hal menanam. Saat hari raya ini ada 1 juta orang yang menanam pohon tiap tahun. Chag La’ilanot juga sebagai peringatan bagi kita untuk tidak bertanya berapa banyak yang negara berikan kepada kita, tetapi berapa banyak yang bisa kita perbuat untuk negara kita.