Di tengah kesibukan dan rutinitas, kita perlu menjaga ritme doa dan perenungan akan firman Tuhan. Sebab di dalamnya, kita akan mendapatkan kesegaran bagi roh kita. Bila manusia tidak mengalami perhentian (Sabat), hidup akan terasa lebih berat. Sebab Sabat memiliki dampak yang luar biasa. Karena itu, janganlah kita meninggalkan Sabat sebagai waktu-waktu perhentian bersama dengan Tuhan.
Ketika kita melakukan kebenaran Tuhan (firman-Nya) itu bukan hanya kepentingan Tuhan bahkan bukan hanya menguntungkan Tuhan, melainkan termasuk diri kita yang melakukan kebenaran itu mendapat keuntungan. Inilah yang Paulus maksudkan bahwa kita tidak di bawah hukum-hukum. Karena Torah (firman Tuhan) ada di dalam hati kita. Bila kita masih merasa berat melakukannya, kita masih hidup di bawah hukum-hukum. Termasuk kita harus melakukan Sabat, yaitu hari yang Tuhan sudah tetapkan, tidak bisa hari yang lain (band. Markus 2:23-28). Kata ‘Anak Manusia’ (son of man) dijelaskan oleh DR. David Stern, bahwa son of man (ben Adam, bahasa Ibrani) bukan hanya Tuhan, melainkan juga kita adalah tuan atas hari Sabat.
Kita harus memahami bahwa hari Sabat diadakan untuk manusia, untuk keuntungan kita. Jadi, kebenaran firman Tuhan yang kita lakukan (mitzvah, mitzvot) mendatangkan keuntungan bagi kita bahkan bagi orang-orang di sekitar dan yang berkaitan dengan kita mengalaminya juga. Contohnya, tentang makanan.
Ketika Bait Suci masih berdiri, orang Israel datang membawa korban persembahan berupa domba, lembu, kambing, burung dara (termasuk binatang tahir yang diperintahkan dalam Imamat 11). Lalu, akan ditambahkan tumbuh-tumbuhan, anggur, dan garam sehingga menjadi bau yang harum dan kudus di hadapan Tuhan. Saat ini, Bait Suci secara fisik tidak ada lagi, konsepnya menjadi hal yang kita makan sehingga menghasilkan tenaga bagi tubuh kita untuk melayani Tuhan atau melakukan mitzvah, inilah yang diangkat menjadi korban persembahan di hadapan Tuhan. Bila kita mengonsumsi makanan sesuai dengan yang firman Tuhan tetapkan, kita seperti membawa kurban di hadapan Tuhan. Namun, binatang yang dilarang untuk dikonsumsi sesuai ketetapan firman Tuhan, tidak dapat diangkat menjadi kurban persembahan di hadapan Tuhan karena binatang itu tidak diciptakan untuk dimakan dan fungsinya tidak sesuai kehendak Tuhan.
Ulangan 33:2-4
Saat kita menghadirkan Tuhan di dalam hidup kita, dunia jasmani kita juga akan mengalami dampaknya. Firman Tuhan dalam ayat 2 menuliskan bahwa sumber hukum (Torah) ada di tangan kanan Tuhan (simbol belas kasihan). Kita lihat penjelasan Chizkuni yang membandingkan ayat 2 dengan Kidung Agung 2:6, “Tangan kiri-Nya ada di bawah kepalaku, tangan kanan-Nya memeluk aku.”
Ketika melakukan mitzvah (belajar firman, melakukan ketetapan Tuhan) dapat digambarkan bahwa kita sedang memeluk Tuhan. Kita tahu bahwa Tuhan Yeshua adalah Torah (firman Tuhan) yang menjadi daging sehingga saat kita melakukan Torah (firman Tuhan) kita sedang “memeluk” Tuhan Yeshua. Artinya, Tuhan ada di dalam kita dan kita ada di dalam DIA (band. Yoh. 15:7). Konsep yang dipahami oleh orang-orang Yahudi adalah ketika seseorang belajar firman Tuhan (pengetahuan), inilah yang dapat memerdekakan. Melakukan Torah (firman Tuhan) sama dengan kita sedang membangun hubungan dengan Tuhan.
Paulus menjelaskan dalam 1 Korintus 2:16, saat kita melakukan firman Tuhan, pikiran kita juga terkoneksi dengan pikiran Kristus sehingga kita paham kehendak Tuhan dan hidup kita ada di dalam Tuhan Yeshua. Firman yang hidup ada di dalam kita.
Ketika kita memeluk Tuhan, seluruh semesta juga sedang memeluk kita (band. Matius 6:33).