January 9, 2022

Holy Donkey

Holy Donkey

Tuhan menginginkan tiap kita menjadi orang-orang percaya yang dewasa secara rohani. Artinya, bisa menilai kehidupan, mana yang berkenan dan tidak di hadapan Tuhan. Sehingga kita bisa mengalami restorasi (pemulihan) dari Tuhan. Kita perlu memahami bahwa tiap hal yang kita lakukan di alam jasmani akan berdampak secara spiritual, juga sebaliknya. Karena itu, kita perlu belajar menyelidiki firman Tuhan lebih dalam dengan latar belakang, budaya, dan konteks yang tepat.

Kita akan baca dalam Matius 21: 1-6. Mungkin kita berpikir mengapa Tuhan Yeshua menaiki keledai (bukan kuda/ unta), bahkan reaksi orang-orang saat itu, mereka sangat bersukacita (ayat 8, Zakaria 9: 9). Karena itu, kita akan belajar lebih dalam tentang keledai dan makna yang terkandung di dalamnya.

Kisah keledai sulung dan maknanya (Keluaran 13: 11-13)        

Kita tahu bahwa keledai adalah hewan tameh (tidak layak untuk dijadikan korban persembahan). Ayat ini menunjukkan seolah keledai berharga layaknya anak sulung manusia yang juga harus ditebus. Karena bila tidak ditebus, keledai itu harus dipatahkan lehernya oleh pemiliknya (ayat 13b versi literatur, decapitate/ dipenggal). Tuhan yang memberi perintah ini seolah kejam (band. Mazmur 145: 9). Padahal Tuhan mengasihi semua makhluk yang Dia ciptakan.

Kita pernah belajar tentang tulah yang terjadi di Mesir, yaitu saat penyakit sampar menyerang 5 jenis hewan di Mesir. Salah satunya, adalah keledai. Saat itu, keledai berfungsi sebagai alat transportasi (membawa orang atau barang), sehingga tentu saja memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Namun, domba memiliki nilai ekonomis yang jauh di bawah nilai seekor keledai. Artinya, seorang pemilik keledai cukup menebus dengan nilai yang lebih murah dari nilai keledai yang dimilikinya. Tiap keledai jantan sulung yang belum ditebus tidak boleh digunakan karena artinya keledai itu milik Tuhan (holy donkey). Itulah mengapa Matius mencatat bahwa Tuhan Yeshua menaiki keledai beban yang muda (kemungkinan itu keledai yang belum ditebus).

Rashi menyatakan pendapatnya tentang ayat ini, “Dia memenggal dengan golok atau parang dari belakang dan dibunuh oleh pemiliknya. Dia menyebabkan Imam itu tidak mendapat uangnya (nilai dari domba). Maka dia harus menghancurkan harta yang dia miliki, dengan memenggal kepala keledai itu.”

Kita bisa mendapat gambaran tentang orang yang tidak mau menebus keledai, adalah tipe orang yang sangat egois (mementingkan diri sendiri). Tuhan ingin menunjukkan bahwa perbuatannya (yang tidak mau menebus) sama kejamnya dengan memenggal kepala anak keledai itu, Sebab firman Tuhan selalu mengajarkan tentang kemurahan hati. Salah satu gambaran orang yang dewasa secara rohani, pasti memiliki kemurahan hati.

Semua hal yang sulung milik Tuhan         

Contohnya, buah sulung, hewan yang sulung, anak laki-laki yang sulung (Hana memberikan Samuel). Jadi, semua hal yang sulung adalah milik Tuhan, contoh lain saat Yosua merebut kota pertama (Yerikho), mereka tidak mengambil apa pun dari kota itu. Sebab itu adalah yang sulung yang berhasil mereka rebut, sehingga itu milik Tuhan (Yosua 6: 17a, 18). Artinya, konsep persembahan/ perpuluhan di hadapan Tuhan masih berlaku sampai saat ini, bisa berupa hasil bumi, harta (emas/ perak/ uang), ternak, bahkan kota.

Karena Tuhan ingin menjelaskan bahwa semua yang ada di dunia ini adalah milik Tuhan. Jerih payah atau usaha yang kita lakukan tidak akan berhasil, bila Tuhan tidak mengizinkannya. Karena itu, semua hasil jerih payah kita yang pertama, kita kembalikan kepada Tuhan sebab itulah milik Tuhan (termasuk tentang persepuluhan). Juga, untuk mengakui bahwa semua hal yang baik berasal dari Tuhan. Sebab Tuhan adalah Pribadi yang sangat baik dan murah hati, sehingga Dia memberikan berkat-Nya supaya kita dapat menyelesaikan misi Ilahi di dunia ini. Tiap anugerah talenta, bakat, keahlian, dan uang semuanya adalah milik Tuhan dan harus kita kembalikan kepada Tuhan.

Kesimpulan

Karena itu, jangan menahan segala yang menjadi milik Tuhan. Kita harus terus bertumbuh secara rohani, sehingga kita mengenal Tuhan karena hubungan dan pengalaman pribadi yang mendalam dengan Tuhan. Jangan kita menganggap remeh ketidakdewasaan rohani karena hal itu akan menarik perilaku-perilaku yang menghancurkan masuk dalam kehidupan kita. Namun, kejarlah kedewasaan rohani, sehingga itu akan membawa hal-hal yang bisa membangun untuk menyelesaikan misi Ilahi dari Tuhan.