December 30, 2022

Berhenti Memandang Awan

Berhenti Memandang Awan

Pengkotbah 11: 4

Kita sering mendengar informasi, berita dan prediksi dunia akan semakin susah. Firman Tuhan juga mengingatkan bahwa menjelang akhir zaman akan terjadi kesusahan dan kesukaran besar. Daud mengatakan bahwa Tuhan memahkotai tahun dengan kebaikan. Oleh karena itu, mari berhenti untuk memandang awan dan melihat angin sehingga membuat kita tidak menabur dan menuai.

Menabur pasti menuai

Apapun yang menjadi kesulitan dunia dan gelapnya dunia, selalu ada masa menabur dan menuai. Ini bisa menjadi harapan bagi kita. Saat kita menghendaki ada tuaian, harus ada benih yang ditaburkan.

Bila kita menabur, suatu saat pasti akan menuai (2 Tim. 2:6). Contohnya, petani harus menabur benih, supaya menuai hasilnya. Petani tidak sembarangan dalam menabur benih, dia akan membuat benih dapat bertumbuh subur dengan pupuk sehingga akan menuai hasil yang baik.

Sama halnya dengan orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai (Maz. 126:5). Ada tantangan yang berat ketika kita harus menabur (bahkan dengan cucuran air mata), tetapi ada janji Tuhan bahwa akan menuai dengan bersorak-sorai. Oleh karena itu, kita juga harus mengetahui identitas yang ada dalam diri kita dan tempat Tuhan menempatkan kita. Kita akan menuai sesuai dengan identitas dan tempat/bagian yang telah Tuhan tetapkan bagi kita. Karena itu, jangan berhenti dan menyerah meskipun tantangan/ rintangan makin sulit.

Selalu memandang awan dan angin

Seseorang tidak menuai karena selalu memandang awan dan angin. Selalu menunggu kondisi dan keadaan baik atau sempurna dulu. Padahal kita tidak bisa terhindar dari persoalan, pergumulan masalah, tantangan, himpitan, dan sebagainya.

Banyak orang tidak menuai karena berada di zona nyaman. Hanya mau melayani Tuhan ketika sudah diberkati. Seseorang tidak akan pernah menabur, apabila masih menunggu hal-hal yang menjadi sempurna terlebih dahulu. Terjebak menunggu situasi dan kondisi yang sempurna, membuatnya lupa kepada identitas dan panggilannya sehingga tidak lagi fokus kepada Tuhan.

Mereka yang enggan berperang (Hak. 5:16)

Banyak pertimbangan akan membuat seseorang enggan untuk melakukan sesuatu (menabur). Seringkali hal tersebut membuat gagal dalam melangkah dan melakukan sesuatu. Terlalu banyak pertimbangan sehingga sulit mengambil keputusan. Contohnya, suku Ruben yang terlalu banyak pertimbangan sehingga enggan untuk berperang.

Suku Asyer dan suku Dan gagal melihat perkara yang lebih besar (Hak. 5:17)

Selain suku Ruben, ada suku Asyer dan suku Dan yang gagal melihat perkara yang lebih besar (Hak. 5:17). Seharusnya mereka ikut bersama dengan Debora dan Barak, tetapi mereka mempertimbangkan untuk tidak ikut berperang. Karena mereka tidak bisa dan tidak mau untuk meninggalkan kenyamanan (harta benda) yang telah dimilikinya. Mereka gagal melihat perkara-perkara yang lebih besar.

Barak kehilangan kehormatan (Hak. 4:8-9)

Kehormatan seorang panglima perang ketika berperang adalah dapat membunuh pimpinan musuh. Barak tidak mau berada di posisi orang pertama dalam berperang, padahal identitas Barak adalah seorang panglima. Namun, Barak justru tidak menggenapi identitasnya (sebagai orang pertama-panglima perang). Hal tersebut yang membuat Barak kehilangan kehormatan.

Juga, kita dalam melakukan rencana dan kehendak Tuhan harus tepat, supaya tidak kehilangan kehormatan. Ambil posisi yang tepat sesuai dengan yang telah Tuhan rencanakan dan kehendaki di dalam kehidupan kita.

Yael mengambil keputusan dan beroleh kehormatan (Hak. 4:21, 5:24)

Yael menerima kehormatan karena membunuh Sisera, yang seharusnya dilakukan oleh Barak sebagai panglima perang. Yael membunuh Sisera untuk membebaskan bangsanya. Yael memperoleh kehormatan.

Cerita atau peristiwa Yael juga dialami oleh empat orang kusta (2 Raj. 7:3-4, 8). Mereka merupakan orang yang dibuang/diasingkan, tetapi mereka mengambil keputusan dan melakukan sesuatu sehingga mereka mendapatkan berkat (bisa makan dan minum bahkan emas, perak dan pakaian diperolehnya). Apapun yang menjadi keadaan kita sekarang (kecil-besar, kaya-miskin, tua-muda, dll), lakukan bagian tugas panggilan kita sehingga kehormatan akan diberikan kepada kita. Jangan meremehkan keadaan/profesi yang ada di dalam diri kita sebab Tuhan bisa mengangkat dan memberikan kehormatan kepada kita.

Kesimpulan

Apapun yang sudah Tuhan berikan (pekerjaan, pelayanan dll) di hadapan atau di depan kita, ambil dan kerjakan sebab hal tersebut merupakan kesempatan terakhir dan satu-satunya (Pkh. 9:10). Ketahui identitas diri kita dan lakukan tugas panggilan yang telah Tuhan berikan bagi kehidupan kita dengan sekuat tenaga.