Firman Tuhan sangat kita perlukan untuk menghadapi perubahan dunia yang begitu cepat dan besar dampaknya. Tuhan pun membukakan hal-hal di dunia spiritual dengan cepat. Bila kita tidak peka, kita akan tertinggal dengan gelombang yang Tuhan sedang lakukan. Karena Tuhan sedang membukakan hal-hal yang berhubungan dengan kedatangan-Nya di dunia spiritual, yaitu rencana Ilahi yang besar (the great mystērion). Karena itu, Tuhan memimpin kita memahami firman-Nya secara utuh (tidak memisahkan Perjanjian Lama dan Baru). Sebab firman Tuhan menjelaskan bukan hanya yang sedang terjadi, melainkan hal-hal yang SEHARUSNYA terjadi.
Memahami Kisah Para Rasul 4:32
Ayat di atas adalah sikap hidup jemaat mula-mula. Bila diterjemahkan harafiah, artinya tidak ada sesuatu yang dimiliki secara pribadi, tetapi menjadi milik bersama. Kenyataannya, tidak ada gereja di zaman ini yang berani mempraktikkannya. Jadi, apakah memang seperti itu pemahaman dari ayat di atas? Apakah seperti itu yang Tuhan kehendaki?
Karena itu, kita perlu belajar mengenai konteks ayat ini dengan tepat. Supaya dalam praktiknya tidak terjadi penyesatan seperti yang dilakukan beberapa sekte.
Doa makan
Kita sudah sering melakukan hal ini, berdoa sebelum makan. Sesuatu yang sudah kita lakukan (bahkan) sejak kita kecil. Namun, apakah kita tahu makna doa sebelum makan? (band. Matius 14:19)
Secara spesifik, sebelum memberikan roti kepada lima ribu orang, Tuhan Yeshua menengadah ke langit dan MENGUCAPKAN BERKAT, “Baruch atah Adonai Eloheinu Melech Ha’Olam Hamotzi Lechem min Ha-aretz” (Blessed are You, Lord our God, King of the universe, Who brings forth bread from the earth). Terpujilah Engkau TUHAN, Elohim kami, Raja semesta alam, yang memberikan roti (makanan) dari bumi.
Doa ini tidak hanya untuk orang Yahudi, ini adalah doa berkat yang juga bisa kita ucapkan. Karena kita melakukan apa yang Tuhan Yeshua juga lakukan. Bukankah dalam perjalanan hidup ini, kita ingin menjadi makin serupa dengan Tuhan Yeshua? Dan kita akan mengalami hal-hal baik yang Tuhan rancangkan dalam hidup kita.
Kutipan literatur Ibrani (Berakhot 35a)
“Ketika seseorang mengambil kepuasan dari dunia ini tanpa BERKAT, itu seperti mengambil keuntungan (pribadi) dari HAK MILIK Tuhan yang kudus; sebab semua yang ada dalam dunia ini adalah MILIK TUHAN. Inilah yang terjadi sebelum kita mengucap berkat. Setelah berkat diucapkan, maka hal itu menjadi milik manusia.” Dapat diartikan, bila kita makan sebelum mengucapkan berkat, itu seperti kita mengambil tanpa izin yang menjadi milik Tuhan. Namun, Tuhan tetaplah PEMILIK segalanya, kita diberi oleh Tuhan untuk kita angkat kembali bagi kemuliaan Tuhan. Secara kasat mata, mungkin kita tidak bisa melihat. Namun, di dunia spiritual ada sesuatu yang terjadi, saat kita mengucapkan berkat.
Bandingkan Imamat 22:10-11
Kita tahu bahwa Tuhan Yeshua adalah Imam Besar kita menurut aturan Melkisedek. Makanan yang diperuntukkan bagi imam, tidak boleh dimakan oleh orang lain, tetapi bagi orang yang sudah dibeli oleh imam dan lahir di rumahnya, mereka boleh ikut makan makanan imam. Budak yang dibeli menjadi milik imam itu sehingga boleh menikmati makanan yang kudus, yang menjadi hak imam.
Jadi, saat kita mengucapkan berkat, artinya kita sedang mendeklarasikan bahwa TUHAN yang kita sembah adalah pemilik seluruh semesta ini dan PEMILIK HIDUP KITA. Saat kita mengucapkan berkat atas makanan, bukan makanannya yang sedang diangkat statusnya, melainkan diri kita yang statusnya sedang diangkat.
Tuhan Yeshua sudah mengangkat kita dengan karya penebusan-Nya, artinya yang menjadi milik Imam Besar kita, juga menjadi milik kita (contohnya Lukas 15:31).
Kesimpulan
Kembali ke Kisah Para Rasul 4:32, bagaimana penerapannya? Jemaat mula-mula paham bahwa semua yang mereka miliki adalah milik Tuhan. Mereka menyadari alasan Tuhan memberkati aset yang ada di dunia ini. Mereka menyadari semua aset ini punya peran untuk kerajaan surga. Mereka tidak menjadi kekurangan, tetapi justru berlimpah-limpah dalam anugerah Tuhan (band. Ayat 33).
Bila kita menabur sesuatu, jangan kira kita sedang kehilangan sesuatu. Saat kita menaruh hidup bukan untuk kepentingan kita sendiri, melainkan kepentingan surga; maka hidup kita akan seperti magnet yang akan menarik dari sumber kehidupan yang Tuhan sediakan sehingga kerajaan Surga akan makin besar. Kita bisa belajar mengawali dengan mengucapkan berkat sebelum makan.
Kita mengerti bahwa kita menjadi milik Tuhan dan milik Tuhan adalah milik kita, yang bukan kita pakai untuk kepentingan sendiri, melainkan kita harus fokus kepada misi Ilahi.