Banyak orang memprediksi bahwa di tahun mendatang (2023) akan terjadi resesi, inflasi dan sebagainya. Kita sebagai anak-anak Elohim, jangan berfokus kepada pemberitaan-pemberitaan yang tidak menyenangkan sehingga menimbulkan kekhawatiran, kebimbangan, dan ketakutan. Firman Tuhan mengingatkan dan menasihati supaya kita tidak tawar hati untuk hal-hal yang sedang dan akan terjadi. Firman yang kita terima di hari ini, biarlah juga menjadi tindakan profetik untuk dilakukan dalam menghadapi hal-hal di tahun mendatang (Amsal 24: 10; Roma 8: 31b).
Reset
RESET rohani ada 3 hal yaitu, RE-la, SE-tia, Taat. Reset memiliki arti mengatur ulang untuk menempatkan kembali kepada posisi yang benar. Mengakhiri tahun 2022 dapat menjadi kesempatan bagi kita untuk mereset kerohanian kita sesuai dengan keinginan dan kemauan Tuhan.
Kita belajar dari Maleakhi, nabi kecil terakhir sebelum masa intertestamental selama 400 tahun. Masa sebelum akhirnya Tuhan berbicara melalui Yohanes (Baca Matius 3: 2). Oleh karena itu, kita reset kerohanian kita. Bagaimana cara untuk mereset kerohanian kita?
- Rela (Mal. 1:8)
Rela dalam hal berkorban. Mempersembahkan dan berkorban yang terbaik buat Tuhan. Mal. 1:8, tidak boleh mempersembahkan binatang yang cacat (band. Ul. 15:21). Yang perlu diperhatikan ketika berkorban, memberi kepada Tuhan jangan sembarangan. Kesempatan yang masih Tuhan berikan kepada kita sebelum mengakhiri tahun 2022, mari kita belajar dan memperbaiki cara berkorban dan memberi kepada Tuhan. Persembahkan persembahan yang terbaik bagi Tuhan. Miliki hati yang rela berkorban bagi Tuhan.
Rela berkorban juga tentang mempersembahkan bukan dari rampasan (Mal. 1:13). Para gembala menggembalakan domba di tempat terbuka, ada resiko dari binatang buas (diterkam binatang buas). Sehingga penggembala akan berusaha mengejar dan merebut kembali dombanya. Binatang buas akan tetap bertahan untuk tidak melepaskannya, sedangkan gembala juga berusaha merebutnya yang akhirnya domba akan menjadi terkoyak (karena saling tarik menarik). Untuk rela berkorban kepada Tuhan, jangan yang dari rampasan (Kel. 22:31). Rela berkorban bukan dari rampasan berarti ada harga yang harus dibayar, untuk korban persembahan kepada Tuhan.
Rela berkorban, bukan karena nazar (Mal. 1:14). Jangan menipu Tuhan dengan nazar. Berjanji mempersembahkan korban, ketika sudah diberkati. Hal tersebut tidak berkenan untuk dipersembahkan kepada Tuhan.
- Setia (Mal. 2:11 & 12)
Tuhan tidak menghendaki perkawinan campur. Tuhan memerintahkan untuk menjadi pasangan yang seiman (sepadan). Perhatikan juga usia sebelum memutuskan menikah. Pernikahan juga harus dilakukan dengan yang berlawanan jenis (laki-laki dan perempuan).
Setia terhadap pasangan hidup (Mal. 2:14). Sebab Tuhan membenci perceraian (1 Pet. 3:7). Karena itu, supaya doa-doa yang dinaikkan tidak terhalang (suami-suami), maka perlakukan pasanganmu dengan baik. Karena para suami merupakan imam di dalam keluarganya.
- Taat (Mal. 3:10)
Taat kepada perpuluhan yang telah Tuhan perintahkan. Perpuluhan merupakan salah satu perintah Tuhan yang harus dilakukan. Artinya, kita mengembalikan hak Tuhan. Jika kita taat melakukan perintah Tuhan untuk mengembalikan perpuluhan, ada janji Tuhan yang telah disediakan, yaitu, Tuhan Pencipta alam semesta akan membukakan tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat-Nya secara berkelimpahan. Sebab akan selalu ada persediaan dari Tuhan (ay. 11).
Kesimpulan
Sebelum mengakhiri tahun 2022 (kita berada di hari ke-357), Tuhan menghendaki supaya kita bisa mereset keadaan kerohanian kita dalam hal rela berkorban, setia kepada pasangan, dan taat perpuluhan. Angka 357 memiliki makna: angka 3 berarti kekudusan, angka 5 berarti anugerah, dan angka 7 memiliki arti sempurna. Kita perlu mereset kerohanian kita di dalam kekudusan dan anugerah Tuhan yang sempurna dari Bapa, Putera dan Roh Kudus.