Kalau kita menonton pertandingan sepak bola atau olah raga yang lain, ada aksi penonton yang heboh. Apalagi saat menjelang penalti. Mereka berusaha mengacaukan pikiran pemain dengan suara-suara atau teriakan yang bising supaya pemain itu tidak bisa mencetak gol. Ternyata hal ini juga dapat terjadi dalam kehidupan rohani kita. Tujuan Tuhan adalah kita dapat mencapai sasaran sesuai dengan kehendak-Nya dan target rencana Bapa dalam hidup kita. Namun, kita harus mewaspadai “suara-suara bising” yang ada di dunia ini.
Ingatlah, bahwa ada pihak yang tidak suka, bila hidup kita menuju pada sasaran yang Bapa kehendaki. Si jahat akan berusaha dengan berbagai cara untuk membuat “kebisingan,” sehingga mengacaukan dan mengalihkan fokus kita yang akhirnya membuat kita gagal mencapai target yang Tuhan kehendaki. Karena itu, waspadai segala sesuatu yang dapat mengalihkan target kita yang Tuhan sudah rencanakan, termasuk hal-hal yang melemahkan iman kita, sehingga tidak mau mengikuti perintah Tuhan (band. Ulangan 30: 11-14; Roma 10: 8). Ketika firman Tuhan diberikan kepada kita, artinya ada anugerah yang juga diberikan kepada kita untuk memampukan kita melakukan standar firman Tuhan.
“Suara bising” ini sangat berbahaya bagi pertumbuhan rohani kita. Karena itu, kita perlu mengurangi “suara-suara bising” ini dari kehidupan rohani kita. Hal-hal apa saja yang perlu kita hilangkan:
- Reduce the External Noise (band. Ulangan 25: 17-18)
Kita harus mengurangi “suara bising” dari luar. “Suara bising” dari luar ini sering mengincar orang-orang yang lemah dan berada di barisan belakang. Karena itu, kita harus memacu diri memiliki iman yang terus bertumbuh (mengikuti firman Tuhan dengan taat). Seperti, bangsa Amalek yang mengincar bangsa Israel, padahal mereka juga tahu tentang keberadaan Elohim (karena keturunan Abraham). Karena itu, kita juga perlu mewaspadai “spirit of Amalekh,” yang kesannya tampak pintar. Namun, bila hal itu membuat kita menjauh dari Tuhan inilah “suara bising” yang harus kita waspadai.
Rashi berpendapat tentang ayat di atas, “Bagaimana mereka kebetulan berpapasan dengan engkau di jalan yang kau lalui: ini berkaitan dengan makna ‘dingin dan panas,’ yang artinya, mereka bisa membuat kita dingin dan suam-suam, setelah berapi-api dalam perjalanan yang lalu.” Jadi, kita perlu berhati-hati dengan segala sesuatu yang bisa “mendinginkan” roh kita. Inilah “spirit of Amalekh.” Termasuk, perkataan-perkataan negatif yang bisa melemahkan iman kita. Seperti, sebuah pendapat yang ditulis oleh Shawn Achor dalam bukunya Before Happiness, “Kita bisa memilih untuk mendengar sesuatu yang negatif atau untuk menyerap informasi yang akan membantu untuk mencapai tujuan kita. Namun, jumlah informasi yang bisa kita dengar terbatas (sebagai informasi, penelitian mengatakan bahwa otak kita bisa menyimpan 40kb saja), sehingga terjadi transaksi. Artinya, makin banyak informasi negatif yang masuk, makin sedikit sinyal positif yang dapat kita dengar dan bersifat buruk” (band 1 Korintus 15: 33). Karena itu, pastikan hal-hal yang membangun yang mengisi otak kita.
- Subdue the Internal Noise
Kita harus menaklukkan “suara bising” yang muncul dalam diri kita. Karena apa yang ada di dalam kita, itulah yang terpancar keluar. Kata-kata yang kita keluarkan dapat menentukan dunia yang akan kita jalani (Your words will make your world). Jangan biarkan “suara bising” dari dalam kita membuat hidup kita menjadi buruk, tetapi ucapkan syukur dan pikirkan hal-hal yang menyenangkan Tuhan (band. Filipi 4: 4-8). Karena itu, kita perlu banyak bersekutu dengan Tuhan dan tenggelam dalam firman-Nya.
- Connect to the Voice
Seperti frekuensi radio, kita juga harus tepat dalam mencari kebenaran, sehingga tidak ada “suara bising” yang mengganggu (band. Imamat 1: 1). Tuhan secara spesifik memanggil Musa, padahal di kemah pertemuan itu ada orang lain. Namun, Musa mendengar panggilan Tuhan. Rashi menjelaskan peristiwa itu, “Suara Ilahi digaungkan dan menjangkau telinga (pendengaran) Musa, padahal semua orang Israel ada di sana dan tidak mendengar-Nya. Karena itu, kita perlu mencari firman Tuhan dengan pemahaman yang benar, supaya kita dapat mendengar suara Tuhan dengan akurat.
Kesimpulan
Karena itu, kita harus memastikan kita mendengar suara Tuhan dengan tepat, sehingga kita bisa mendengar panggilan-Nya, seperti saat Tuhan berbicara kepada Elia dalam angin sepoi-sepoi (hatinya). Jadi, kita perlu menyingkirkan tiap “suara yang bising” dalam hidup kita, sehingga kita dapat mendengar suara Tuhan dalam hati kita.