Amsal 21: 21
Di dunia ini, orang berlomba-lomba meningkatkan kualitas hidupnya baik dari segi keuangan maupun pendidikan/ jabatan tinggi untuk mempertahankan kehormatan. Apalagi di kondisi pandemik seperti ini, orang akan berusaha mempertahankan eksistensi kehidupannya dengan berbagai cara.
Kita perlu ingat bahwa sumber kehormatan kita sebagai orang percaya tidak lepas dari seberapa dalam pemahaman kita akan kebenaran firman Tuhan (Amsal 21: 21). Saat firman Tuhan menguasai hidup kita, ada nilai-nilai kebenaran yang terbangun dalam hidup kita. Sebab firman Tuhan menasihatkan setiap kita untuk menghasilkan buah pertobatan. Artinya, mempertahankan kehormatan bagi kita adalah mempertahankan iman secara penuh di dalam kehidupan kita.
Kehormatan biasanya dikaitkan dengan harga diri, sehingga dibutuhkan tindakan untuk menjaga kehormatan. Disebut terhormat, artinya ada penghargaan yang diterima atas sikap kita. Tidak sedikit orang Kristen yang tersinggung demi mempertahankan kehormatan/ harga diri. Padahal di hadapan kehormatan yang dimaksud bukan tentang harga diri/ ego kita, melainkan mempertahankan kebenaran di tengah-tengah tantangan/ persoalan. Firman Tuhan mengatakan bahwa penghakiman akan dimulai dari rumah Tuhan (1 Petrus 4: 17). Inilah kehormatan yang Tuhan berikan bagi orang percaya dengan melakukan pemurnian terlebih dahulu. Karena itu, inilah saatnya bagi kita untuk mengasihi Tuhan dengan sungguh-sungguh dalam seluruh aspek kehidupan kita. Kehormatan yang harus kita pertahankan adalah iman kita. Bukan kekayaan, jabatan, atau kepintaran kita.
Sumber segala kehormatan berasal dari Bapa YHWH (1 Tawarikh 29: 11-12, band. Amsal 15: 33). Segala sesuatu yang ada di dunia ini tidak dapat memberi kehormatan yang seperti Bapa miliki. Karena itu, kita harus berjuang mempertahankan iman/ kehormatan di hadapan Tuhan. Tidak instan dalam mempertahankan iman, tetapi harus ada latihan yang terus-menerus kita lakukan.
Belajar kehormatan dari Naaman (2 Raja-raja 5: 1-14)
Zaman dulu, orang yang terkena kusta artinya hidupnya direndahkan dan dianggap hina. Naaman, seorang perwira dan pahlawan yang perkasa dengan posisi terhormat, harus menderita kusta. Bisa kita bayangkan perasaannya. Bahkan sebagai orang dengan posisi yang terhormat, Naaman mau menerima saran dari seorang gadis kecil yang bekerja di rumahnya (seorang pelayan), yang secara posisi kurang terhormat.
Meskipun gadis kecil (orang yang tidak terhormat) memberi nasihat kepada Naaman, tetapi gadis ini melakukan hal yang bermanfaat di dalam hidupnya, yaitu menyampaikan kebenaran. Jadi, jangan melihat siapa atau kedudukan seseorang, bila memang nasihatnya membawa kepada kebenaran harus kita perhatikan.
Mungkin tidak mudah untuk bisa menerima nasihat karena ada tantangan dan hambatan. Seperti raja Aram, yang mendukung Naaman untuk pergi ke Israel supaya mencari kesembuhan dari nabi Tuhan. Namun, berbeda dengan raja Israel, surat dari raja Aram justru membuatnya marah karena dia tidak percaya ada mujizat kesembuhan di kerajaannya. Ini juga yang kadang kita alami, ada orang-orang yang justru melemahkan iman kita untuk melakukan kebenaran padahal dia adalah sesama saudara seiman. Artinya, perjuangan untuk mempertahankan kehormatan di hadapan Tuhan akan selalu diuji dari dalam maupun luar lingkungan kita.
Selanjutnya, Naaman harus menerima kenyataan yang mempertaruhkan kemegahannya. Naaman membawa harta kekayaan yang begitu banyak, tetapi Elisa tidak menyambut langsung dan menyuruh utusan untuk menemuinya dan memberi perintah. Artinya, proses perjuangan selalu menghadapi hal-hal yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang kita miliki. Karena itu, dalam perjuangan kita memerlukan orang-orang yang berkomitmen di sekitar kita. Memperjuangkan kehormatan merupakan perjuangan iman yang harus disertai ketaatan dan kesetiaan.
Kesimpulan
Akhirnya, hidup Naaman diubahkan dari kusta menjadi tahir, seperti bayi. Karena Naaman tidak mempertahankan kehormatan/ harga diri di hadapan Tuhan dengan menaati ucapan nabi Tuhan. Kehormatan adalah integritas dalam praktik hidup kita sesuai firman Tuhan yang kita pelajari (Amsal 2: 10-11).