Hari raya Shavuot selalu terjadi peristiwa penting. Shavuot pertama adalah hari Tuhan menurunkan Torah yang tertulis di Gunung Sinai. Shavuot berikutnya, adalah hari Tuhan mencurahkan Roh-Nya di Bukit Zion, tepatnya di Upper room (loteng sebuah rumah) atas orang-orang Yahudi dan proselit. Lalu, kapan Roh Kudus dicurahkan atas bangsa-bangsa lain? Ketika Tuhan memberi penglihatan kepada Petrus untuk pergi ke rumah Kornelius. Ya, Kornelius adalah gambaran bangsa-bangsa lain.
Satu hal yang sama dari ketiga peristiwa Shavuot di atas, adalah peristiwa ini tidak dialami seorang diri. Di Sinai, ada enam ratus ribu orang lebih; di Upper room ada sekitar 120 orang dan Tuhan menambahkan jumlah mereka menjadi 3000 orang bahkan di rumah Kornelius, ada banyak orang termasuk sanak saudara dan keluarga Kornelius. Dalam tradisi Yahudi, ketika mereka berkumpul untuk berdoa ada jumlah tertentu yang harus dipenuhi, yaitu 10 orang laki-laki (disebut Minyan). Firman Tuhan baik dalam Tanakh maupun Perjanjian Baru dan kesaksian Para rasul mencatat tentang orang-orang yang berkumpul untuk berdoa.
Spiritual Hikikomori
Negara Jepang, saat-saat ini mengalami penurunan dalam minat mengenyam pendidikan bahkan beberapa sekolah dikabarkan banyak yang tutup karena tidak ada siswa. Negara Jepang sedang mengalami yang namanya “hikikomori”. Apa itu hikikomori? Hikikomori juga dikenal sebagai penarikan diri dari pergaulan yang parah, penyendiri, adalah penarikan diri secara total dari masyarakat dan mencari tingkat isolasi sosial dan pengurungan yang ekstrem. Dengan kata lain, suatu keadaan ketika seseorang memilih untuk mengisolasi diri dan lingkungan, bahkan tinggal di kamar dan enggan bersosialisasi dengan orang lain. Jumlah orang yang mengadaptasi Hikikomori terus bertambah setelah pandemi. Konsep ini ternyata berdampak besar tidak hanya bagi dirinya sendiri, tetapi juga lingkungan dan negara.
Konsep Hikikomori juga melanda dalam kehidupan rohani. Kekristenan berada di zona nyaman untuk ‘mengurung diri’. Contohnya, banyak yang memilih untuk beribadah secara virtual. Beberapa waktu lalu, saat pandemi, memang ada kebijakan pemerintah untuk tidak berkumpul di suatu tempat. Namun, sekarang ini situasi sudah berubah. Orang-orang sudah kembali ke kesibukan masing-masing bahkan status pandemi sudah diubah ke status endemik. Karena itu, jangan terus tinggal di zona nyaman (tidak mau bergaul dengan saudara seiman yang lain, ibadah online, dan sebagainya). Bila kita merasa nyaman di dalam zona ini, sebenarnya ada bahaya yang lebih besar yang akan kita hadapi. Sebab ada jawaban doa yang bisa terbuka, ketika kita berdoa dalam kumpulan jemaat.
Ekklesia dalam konsep Ibrani
Seperti inilah konsep yang Tuhan kehendaki ketika memanggil umat-Nya. Gereja dalam bahasa Yunani, Ekklesia ἐκκλησία, dipanggil keluar (dari zona nyaman, dari kehidupan daging, dari kegelapan). Istilah Ibrani yang sama seperti Ekklesia, yaitu vayakhel וַיַּקְהֵל (kata dasarnya, qahal קהל, yang dipakai juga dalam istilah Kehilla) dan edah עֵדָה (kata dasarnya, ed) (Keluaran 35:1).
Rabbi Jonathan Sacks menjelaskan, “Edah berasal dari kata ed, yang berarti “saksi”. kata kerja ya’ad memiliki arti “menunjuk, menetapkan, menugaskan, menentukan, mengkhususkan, menunjuk atau menentukan”. Orang-orang yang membentuk edah memiliki rasa identitas kolektif yang kuat. Mereka punya kesaksian hal-hal yang sama. Mereka bertekad untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.”
Isitilah Edah, muncul ketika Musa memerintahkan bangsa Israel untuk mengambil domba paskah di Mesir. Musa memanggil dan memerintahkan secara kolektif (sebagai komunitas). Mereka mengalami dan merasakan hal yang sama, yaitu ditindas di Mesir. Dan mereka punya tujuan yang sama, yaitu bebas dari perbudakan. Istilah Edah juga dipakai ketika Tuhan memusnahkan kumpulan Korah yang memberontak.
Rabi Jonathan Sacks menjelaskan, “Kehillah berbeda. Anggotanya berbeda satu dengan yang lain. Namun, mereka diatur bersama untuk sebuah usaha kolektif – salah satu yang melibatkan dirinya dalam meningkatkan kontribusi yang berbeda, ketika didorong oleh tujuan yang konstruktif, ia mengumpulkan kontribusi yang berbeda dan terpisah dari banyak individu, sehingga setiap orang dapat mengatakan, “Saya membantu membuat ini.”
Dengan kata lain, Kehillah berisi orang-orang yang berbeda secara individu, punya keahlian yang berbeda, memberi konstribusi yang berbeda, tetapi mereka berkumpul bersama untuk membangun sesuatu. Contohnya, ketika bangsa Israel membangun lembu emas (kumpulan ini disebut Kehillah) dan ketika bangsa Israel dikumpulkan untuk membangun Kemah Suci (Tabernakel).
Dampak Edah dan Kehillah (Ibrani 10:24-25)
Edah dan Kehillah harus disatukan yang tergambar dalam istilah Ekklesia. Sebab ada dampak yang luar biasa ketika bangsa Israel berkumpul bersama dan mencapai tujuan yang sama. Tidak hanya berdampak secara komunitas, tetapi secara individu pun mereka diangkat.
Dr. David Stern, JNT Commentaries, ‘’Kitab-kitab dalam Perjanjian Baru memerintahkan orang-orang percaya untuk saling mengasihi dengan cara-cara yang nyata dan praktis serta membangun Tubuh Mesias. Hal ini membutuhkan keterlibatan pribadi, hubungan, komunikasi, dan kerja sama untuk Kerajaan Tuhan; dan ini akan menghadapi tantangan yang mustahil, kecuali jika umat Tuhan sering bertemu.
Karena itu, kita harus sering berkumpul bersama saudara-saudara seiman supaya secara rohani kita tetap terjaga fokus kepada Tuhan. Dalam istilah Ibrani, kavanah (fokus, memerhatikan saksama). Perlu bagi kita untuk beribadah bersama di gereja, terlebih lagi di Moedim yang Tuhan tetapkan sebab banyak manfaat yang kita peroleh (band. 1 Yoh 5:14-15; Yakobus 5:14-16; 1 Korintus 12:26).
Selaras dengan literatur Ibrani yang lain, seperti:
- Berakhot 8a:1, “Tetapi aku, biarlah doaku sampai kepada-Mu, ya Tuhan, pada waktu yang tepat (Mazmur 69:14). Kapankah waktu yang tepat? Pada saat jemaat berdoa. Adalah bermanfaat untuk berdoa bersama jemaat.”
- Mishneh Torah, Prayer and Priestly Blessing 8:1a, “doa bersama selalu terdengar. Bahkan ketika ada orang-orang yang melanggar di antara [jemaat], Yang Mahakudus tidak menolak doa-doa orang banyak. Oleh karena itu, seseorang harus menyertakan dirinya di dalam komunitas dan tidak boleh berdoa sendirian kapan pun ia mampu berdoa bersama komunitas.”
- Berakhot 6a, “Seperti yang dinyatakan dalam Mazmur 82:1. Jemaat Tuhan adalah tempat orang-orang berkumpul untuk menyanyikan puji-pujian kepada Tuhan, dan Tuhan berada di antara jemaat-Nya.
Kesimpulan
Ada waktu pribadi, ada waktu doa berjemaat. Yang satu harus dilakukan, yang lain jangan diabaikan.