February 26, 2023

Sikhem, Kunci Menaklukkan Kanaan mu

Sikhem, Kunci Menaklukkan Kanaan mu

Saat Yosua berhasil masuk ke Tanah Perjanjian dan membaginya kepada 12 suku Israel, anggapan kita seperti membagi-bagikan tanah kavling.  Kita harus tahu bahwa Kanaan tidak dalam keadaan kosong, tetapi masih ada penduduknya. Masih ada suku-suku bangsa yang mendiami tempat tersebut.  Bahkan bagian dari Efraim dan Manasye memperoleh lokasi yang masih berupa hutan dan penduduknya kuat serta mempunyai kereta besi.

Bangsa Israel yang dipimpin Yosua membutuhkan perjuangan dan kerja keras untuk masuk ke Kanaan. Yosua telah mengalahkan 31 raja sehingga berhasil masuk ke tanah Kanaan.

Kanaan juga berbicara tentang kehidupan kita. Tuhan juga sudah menyediakan tanah perjanjian atau Kanaan bagi kita masing-masing. Tuhan mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada Tuhan mengenai diri kita (Yer. 29: 11). Kanaan kita sama dengan hari depan yang penuh pengharapan. Jika kehilangan pengharapan, artinya kita akan kehilangan Kanaan yang telah Tuhan sediakan.

Sikhem menjadi kunci kemenangan bangsa Israel untuk menaklukkan tanah Kanaan (Yos. 24:1)

Jika kita dapat belajar dari peristiwa Sikhem, kita pun dapat menaklukkan Kanaan. Masa depan yang baik akan kita alami. Meskipun sepertinya Kanaan kita adalah hal yang mustahil, tetaplah memiliki pengharapan di dalam Tuhan.

Sikhem terletak di lembah antara gunung Gerizim dan gunung Ebal. Yosua memanggil orang Israel untuk berkumpul di situ. Kota Sikhem memiliki arti penting bagi Yosua dan orang-orang Israel. Sikhem juga mempunyai arti yang penting bagi setiap kita yang merindukan untuk mencapai masa depan yang penuh pengharapan (mencapai tanah Kanaan). Jangan pernah kita meninggalkan Sikhem. Oleh karena itu, kita harus mengerti tentang makna penting Sikhem bagi kehidupan kita masing-masing.

Makna Sikhem         

  1. Beban kehidupan yang baru (Kel. 16:35, Ul. 11:29, Yos. 18:2-3)

Sikhem atau Shechem berasal dari kata שְׁכֶם, shekem (dibaca: shek-em’), artinya bahu, punggung. Ini gambaran supaya dapat meraih tanah Kanaan, ada tugas dan tanggung jawab kehidupan yang harus kita lakukan. Berbeda ketika bangsa Israel berada di Sinai.

Pola hidup di padang gurun tidak dapat dipergunakan ketika berada di tanah Kanaan. Ketika itu Tuhan menyediakan makanan (manna di pagi hari, daging burung puyuh di sore hari), bahkan pakaian atau kasut tidak rusak (Ul. 8:4). Namun di Kanaan, mereka harus bekerja keras. Sebab di Kanaan, tidak ada manna.

Pola kehidupan di Kanaan, memiliki beban atau tugas kehidupan baru, yang berbeda saat di padang gurun. Mereka (bangsa Israel) harus bekerja (menanam gandum, anggur dan berternak) untuk memperoleh makanan. Artinya, harus ada usaha dan kerja keras di tanah Kanaan.

Bangsa Israel makan manna hanya sampai perbatasan Kanaan. Ketika masuk Kanaan, mereka harus menjadi pribadi yang dewasa. Ketika mereka di Sinai, belum dewasa (manna turun dari surga). Sama halnya dalam mendidik seorang anak. Tidak bisa memberikan pola Sinai sampai akhir kehidupan mereka. Sebab suatu saat mereka harus berada di perbatasan Kanaan (Sikhem). Dan, di sini dibutuhkan pribadi yang dewasa karena ada beban kehidupan yang baru dan bertanggung jawab untuk dirinya sendiri sampai masuk tanah Kanaan (tanah perjanjian Tuhan).

12 Suku mendapat bagian tanah Kanaan, tetapi masih 7 suku yang belum bergerak untuk masuk tanah Kanaan. Karena terjebak dalam pola hidup yang berkecil hati (malas), artinya tidak mempunyai daya juang untuk menaklukkan musuh (karena tetap menggunakan pola hidup di padang gurun).  Kata ‘malas’ bahasa aslinya רפה râphâh (dibaca: raw-faw’) yang memiliki arti santai, menunda-nunda, pemalu.

Pola kehidupan padang gurun, tanpa disadari bisa membentuk kehidupan yang malas dan gampang berkecil hati karena manna tersedia sehingga membuat orang tidak berproses. Namun, keadaan di Kanaan, menuntut seseorang harus berproses untuk meraihnya. Ada yang mengalami proses yang cepat atau sebaliknya. Namun, Tuhan selalu tepat pada waktu-Nya.

  1. Komitmen yang diperbaharui (Kej. 12:6-7; Yos. 24:15, Ibr. 10:25)

Tuhan memperbarui janji-Nya di Sikhem. Yosua mengingatkan komitmen Tuhan tentang rencana-Nya bagi Israel sejak Abraham (Yos. 24: 1-18). Janji Tuhan kepada Abraham (Kej. 12:1). Tuhan pasti setia dan berkomitmen memenuhi janji-Nya kepada kita.

Sebelum Yosua meninggal, ia ingin memastikan komitmen kesetiaan bangsa Israel kepada Tuhan. Yosua memastikan supaya mereka tetap menyembah kepada Tuhan. Yosua memberikan contoh tentang komitmen (Yosua dan seisi rumahnya) setia menyembah Tuhan. Komitmen kita kepada Tuhan dapat diwujudkan dalam hal beribadah. Bukan hanya kita saja yang beribadah, melainkan seisi rumah/keluarga.  Kata ‘pertemuan’ berasal dari akar kata episunagoge (dibaca: ep-ee-soon-ag-o-gay’) (ἐπισυναγωγή), artinya berkumpul bersama dalam satu tempat. Pastikan kita sedang beribadah kepada Tuhan dan bukan melihat orang beribadah (contohnya, ibadah online).

  1. Gerizim atau Ebal (Yos. 8:33)

Gerizim sama dengan berkat/berachah (dibaca: ber-aw-kaw’) בְּרָכָה (anugerah, kelimpahan jasmani/rohani). Ebal sama dengan kutuk/qelalah (dibaca: kel-aw-law’) קלָלָה (hal yang buruk atau negatif).  Hal tersebut merupakan pilihan kita, Gerizim atau Ebal! Berkat atau kutuk merupakan pilihan diri kita sendiri. Mendengar perintah Tuhan dan taat, berarti sama dengan berkat, sedangkan tidak taat/ menyimpang dari firman Tuhan sama dengan kutuk (Ul. 11:26-29).

Kesimpulan  

Mencapai Kanaan dibutuhkan perjuangan (usaha, bekerja keras, tidak malas-malasan) dan hidup berpegang kepada firman-Nya. Firman Tuhan selalu digenapi sebab itu perkataan Tuhan sendiri. Jadi, miliki rhema dari Tuhan supaya kita bisa sampai dan merebut Kanaan. Jatuh bangun atau kegagalan dalam berproses untuk menaklukkan Kanaan adalah hal yang biasa. Fokus kita bukan kepada bagaimana kita memulainya, melainkan bagaimana kita mengakhirinya. Sebab harus lebih baik dari saat kita memulainya (Pengkotbah 7: 8a).