November 19, 2021

SELALU ADA KESEMPATAN TETAPI ADA BATASNYA

SELALU ADA KESEMPATAN TETAPI ADA BATASNYA

Setelah jatuh dalam dosa, manusia harus meninggalkan dan keluar dari Taman Eden. Meninggalkan suatu kehidupan yang mulia dan bahagia. Karena kesalahan dan keputusan yang mereka ambil. Namun, Elohim masih memberikan kesempatan. Peristiwa ini juga mengingatkan kita bahwa selama kita masih ada di dunia ini, Tuhan memberikan kesempatan. Kita perlu menyadari bahwa setiap kesempatan yang Tuhan berikan akan selalu berbeda. Kesempatan yang Tuhan berikan hari ini akan berbeda dengan kesempatan hari berikutnya. Kesempatan tetap ada, tetapi terbatas. Semakin bertambah usia, kesempatan yang ada akan semakin berkurang. Oleh karena itu, setiap ada kesempatan pergunakan dengan bijak dan saksama. Saat Tuhan memberikan kesempatan cepat ambil tindakan untuk menanggapinya dengan kerendahan hati yang disertai hikmat dan dipimpin Roh Kudus.

Kehidupan yang bertobat (Lukas 13:1-5)

Pertobatan adalah sebuah keputusan atau langkah untuk menggunakan kesempatan yang diberikan Tuhan bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya. Namun, kebanyakan “orang percaya” menggunakan kesempatan untuk memuaskan kepentingan/ kedagingan sendiri daripada memenuhi keinginan roh. Tuhan mengingatkan supaya mempergunakan waktu yang ada (kesempatan) karena kita tahu hari demi hari semakin jahat (Ef. 5:16, Kol. 4:5). Jika kita menggunakan waktu dengan sungguh-sungguh dan dipimpin Roh Kudus, kita tidak akan terlambat. Karena itu, kita harus ambil tindakan dan sikap ketika kesempatan diberikan. Jangan menunda-nunda untuk melangkah di saat kesempatan ada. Cepat ambil kesempatan yang Tuhan berikan dengan hikmat Tuhan. Sebaliknya, jika tidak dengan sigap, cepat, dan segera; mungkin akan ada penyesalan.

Kesempatan diberikan (Lukas 13:6-8)

Ada tiga bagian utama dalam perumpamaan di atas: tuan pemilik kebun ara, hamba pengelola, dan pohon ara. Ketiga bagian ini bekerja sama. Tuan pemilik kebun berotoritas penuh untuk menentukan nasib pohon ara yang tidak berbuah itu. Hamba pengelola kebun sangat mengerti dan memahami karakteristik pohon ara dengan penuh kesabaran, sehingga memohon untuk diberikan kesempatan satu tahun lagi merawat, sehingga berbuah. Dan, pohon ara yang tidak berbuah harus mampu memberikan reaksi (menanggapi) terhadap perawatan, pemupukan, dan sebagainya. Ketika dalam jangka waktu satu tahun bila tidak berbuah, akan ditebang dan dibakar.

Ilustrasi tentang pohon ara juga mengingatkan kita untuk tahu posisi kita saat ini. Jika saat ini kita masih hidup dan diberi kesempatan, respons dan tanggapi. Setiap kita memiliki talenta yang Tuhan berikan, kembalikan semuanya untuk mempemuliakan nama-Nya, bukan sebaliknya. Kesempatan harus cepat untuk diambil dan langsung bereaksi positif terhadap panggilan-Nya supaya di tahun mendatang ada buah yang dihasilkan.

Kesempatan terbatas untuk berbuah

Raja Saul diberi kesempatan (anugerah) dari Tuhan. Ketika Saul dipilih Tuhan (1 Sam. 9: 2, 17), artinya dia adalah benih pilihan-Nya. Tuhan pasti tidak memilih sebarangan, sama seperti kita yang sudah dipilih-Nya. Kita seperti benih Kerajaan surga yang ditanam, sehingga sebagai umat Tuhan yang terpilih akan dipisahkan dari dunia ini. Kesempatan ini merupakan kesempatan yang luar biasa.

Kesempatan Saul menjadi raja pertama, yang dipilih Bapa YHWH melalui nabi Samuel (1 Sam. 10:1), sehingga mengalami karya Roh Kudus (1 Sam. 10:9-10). Raja Saul dipakai Tuhan untuk memenangkan peperangan menghadapi musuh-musuhnya. Namun, Saul tidak menunggu waktu Tuhan (tidak bersabar). Karena Saul melihat kenyataan di sekelilingnya, sehingga terburu-buru bertindak dan mengambil keputusan tanpa bertanya-tanya kepada Tuhan. Akibatnya, Saul ditolak oleh Tuhan. Inilah kesalahan pertama Saul.

Kesempatan ke dua adalah Saul beranggapan bahwa dirinya sudah diurapi dan dipakai Tuhan, sehingga menganggap remeh persembahan di hadapan Tuhan (1 Sam. 13:9, 13). Saul tidak menghargai Samuel sebagai nabi yang seharusnya mempersembahkan korban di hadapan Tuhan. Artinya, dia melanggar otoritas yang Tuhan berikan. Namun, Tuhan masih memberikan kesempatan kepada Saul. Dia masih menang dalam peperangan (1 Sam. 14:48). Tuhan memberikan kesempatan kepada Saul untuk membangun mezbah pertama kali saat menjadi raja (1 Sam. 14:35). Saul seharusnya menanggapi sebagai langkah pertobatan. Namun, Saul tidak menggunakan kesempatan dengan baik, sehingga ada kesalahan yang dilakukannya.

Kesempatan ke tiga adalah tidak taat melakukan perintah Tuhan (1 Sam. 15:17-19). Kesempatan ke tiga merupakan kesempatan terakhir bagi Saul untuk bertobat (1 Sam. 15:26), tetapi dia tidak melakukannya. Sehingga, Roh Tuhan undur dan meninggalkan Saul (1 Sam. 16:14), bahkan hidupnya tidak ada damai sejahtera dan dipenuhi kebencian serta iri hati (1 Sam. 18:8-11, 19:10). Betapa baiknya Tuhan yang masih memberikan kesempatan kepada Saul lagi untuk bertobat melalui Daud (1 Sam. 24:4-5, 9; 26: 3, 12, 15). Namun, Saul tidak menggunakan kesempatan terakhir. Dia tidak melakukan pertobatan dengan kesungguhan hati dan mencari Tuhan, tetapi Saul justru berpaling dari Tuhan (1 Sam. 28:6-7). Sehingga, dia mengakhiri hidupnya sendiri (1 Sam. 31: 4). Perhatikan kesalahan-kesalahan yang dilakukan Raja Saul, kita belajar bahwa harus ada pertobatan yang sungguh-sungguh kepada Tuhan. Sebab Tuhan tahu sampai kedalaman hati setiap umat-Nya. Lalu, taati dan praktikkan perintah Tuhan dengan kesungguhan hati, sehingga menghasilkan buah yang tampak dan menjadi berkat.

Kesimpulan

Kita harus belajar untuk tahu tentang kehendak dan rencana Tuhan di dalam kehidupan kita. Tuhan memiliki perintah, ketetapan-ketetapan, dan aturan yang harus dilakukan supaya kita tidak salah (keliru) dalam menjalani kehidupan. Saat kita menyadari telah melakukan pelanggaran dan dosa, datanglah kepada-Nya untuk mengakui dan bertobat tidak akan mengulang kembali kesalahan. Kuncinya bertobat dengan sungguh-sungguh. Setiap kesempatan dalam hidup ini adalah anugerah dari Tuhan bagi kita untuk bertobat, mengalami pertumbuhan rohani, dan menghasilkan buah yang tampak.