June 17, 2022

Mental Gratisan

Mental Gratisan

Torah Parsha minggu lalu, Beha’alotcha, yang terambil dari kitab Bilangan. Saat kita berjalan di kehendak Tuhan, selalu ada pihak-pihak yang tidak suka kita berjalan di jalan Tuhan itu. Karena itu, kita harus mewaspadainya supaya kita tidak keluar dari jalan Tuhan. Kali ini, kita akan belajar tentang “Mental Gratisan.” Semua orang suka hal yang gratis, tetapi jangan punya mental gratisan.

Bilangan 11: 5

“We remember the fish that we ate in Egypt FREE OF CHARGE” (lit. version). Bangsa Israel mengingat bahwa saat mereka makan di Mesir, mereka mendapat ikan secara gratis. Apa yang dilakukan oleh orang-orang Israel ini memancing kemarahan Tuhan (ay. 4-6). Mari kita selidiki lebih dalam tentang peristiwa ini.

Pendapat Rashi, “Bila kita pikir bangsa Mesir memberikan ikan secara cuma-cuma, bukan itu maksud ayat ini, “Jerami tidak mereka berikan untukmu” (Keluaran 5: 18). Sekarang, kalau jerami saja tidak mereka berikan secara gratis, apakah mereka akan memberikan ikan secara gratis? Jadi, apa artinya “free of charge”? Artinya, mereka bebas dari aturan surgawi.” Saat di Mesir, mereka makan tanpa aturan apa pun. Makan dengan sesuka hatinya. Apa pun mereka makan. Namun, saat di padang gurun (keluar dari Mesir) mereka harus menaati aturan tentang makanan. Misalnya, harus mengambil manna setiap pagi, satu hari hanya boleh mengambil sesuai kebutuhan. Juga, aturan saat sabat, mereka harus mengambil dua kali lipat dari hari biasanya. Inilah yang dikeluhkan oleh bangsa Israel. Mereka ingin bebas makan, seperti saat di Mesir. Mereka tidak mau di atur oleh aturan-aturan yang Tuhan berikan. Mereka tidak suka dengan ketentuan Tuhan. Mereka tidak suka dengan firman Tuhan. Jadi, ayat di atas berbicara tentang penolakan mereka pada ketetapan Tuhan. Tidak heran, Tuhan murka kepada mereka.

Tiap aturan yang Tuhan berikan, itu demi kebaikan kita. Sehingga, saat kita mengeluh tentang aturan Tuhan, kita sedang mengeluh tentang kebaikan Tuhan. Itulah latar belakang peristiwa di Bilangan 11: 1. Mereka bersungut-sungut tentang “nasib buruk” yang mereka alami. Mereka mencari-cari alasan untuk bersungut-sungut. Mereka sengaja mencari perkara dengan Tuhan karena merasa nasib buruk sedang menimpa mereka.

Bila kita baca ayat sebelumnya (Bilangan 10: 33), mereka berjalan selama 3 hari tanpa henti. Mengapa mereka berjalan tanpa henti? Rashi menuliskan tentang hal ini, “Tiga hari bangsa Israel tidak berhenti berjalan sebab Tuhan punya maksud bagi mereka. Tuhan ingin mereka segera masuk ke Tanah Perjanjian.” Kehendak Tuhan baik, tetapi mereka justru bersungut-sungut, sehingga Tuhan marah. Sebab Tuhan punya maksud untuk membawa mereka masuk Tanah Perjanjian sesegera mungkin. Namun, mereka sengaja membangkitkan amarah Tuhan.

Catatan Mizrachi, “Sekarang, bangsa Israel diperintahkan untuk melakukan perintah-perintah Tuhan, sehingga kelimpahan/ pemenuhan kebutuhan mereka terkait erat dengan ketaatan mereka melakukan perintah-Nya, “Kalau engkau selalu mendengar perintah-perintah-Ku yang Ku-perintahkan kepadamu … maka AKU akan mencurahkan hujan pada awal dan akhir musim ke atas tanahmu, sehingga akan menghasilkan kelimpahan pada waktunya” (Ulangan 11: 13-14). Di Mesir, mereka makan tanpa menghiraukan apakah yang mereka makan itu benar atau tidak di hadapan Tuhan.”

Bila berpikiran bahwa mengikut Tuhan hidup kita jadi susah dan sulit karena banyak aturan yang harus ditaati, mari kita ubah pandangan itu. Pikirkan bahwa tujuan kita adalah untuk mencapai hidup yang kekal dan bertemu dengan Tuhan, maka ada ketetapan-ketetapan Tuhan yang harus kita taati. Perintah-perintah Tuhan akan membawa kita masuk dalam rencana kekal Tuhan. Tuhan akan memberikan tanda/ peringatan kepada kita, saat kita mulai keluar dari jalan-Nya (kadang berupa hal yang tampak buruk). Namun, ini demi kebaikan kita yang sudah Tuhan rancangkan. Sebab kita tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan.

Ukuran hidup yang diberkati Tuhan, bukan hanya jumlah harta kekayaaan yang kita miliki. Kita perlu ingat saat Tuhan Yeshua dicobai di padang gurun, setan mencobai dengan memintanya mengubah batu menjadi roti (kaitannya dengan perut) dan dia menunjukkan seluruh isi dunia serta kemewahannya. Artinya, harta dan kemewahan bisa berasal dari si jahat. Jadi, apa yang kita dapatkan di dunia ini (harta, jabatan, status, dan sebagainya) tetap membawa kita bertekun dan menaati perintah-perintah Tuhan, itulah berkat Tuhan yang sejati. Namun, bila kemewahan dan hidup yang nyaman membawa kita menjauh dari jalan Tuhan dan melawan firman Tuhan, itu jelas bukan berkat dari Tuhan. Sebab berkat Tuhan diberikan untuk menggenapi rencana Tuhan dan membawa kita masuk ke dalam hidup yang kekal. Kemewahan yang setan berikan hanya untuk kesenangan di dunia, tetapi bisa menarik kita keluar dari jalan-jalan Tuhan, sehingga tidak suka menaati firman Tuhan. Karena itu, apa pun yang Tuhan izinkan terjadi di dalam hidup kita, itu akan membawa kita dalam rencana-Nya yang baik. Saat sesuatu yang tampak tidak baik terjadi dalam hidup kita, jangan tergesa-gesa kecewa dengan Tuhan dan melawan-Nya. Sebab Tuhan justru sedang menghindarkan kita dari yang jahat.

Setan tidak memberikan sesuatu yang jelas tampak buruk, tetapi dia sering memberi sesuatu yang tampak baik di mata manusia, seperti umpan untuk memancing manusia masuk dalam jeratnya. Waspadalah jangan terpancing dengan umpan yang diberikan oleh si jahat.

Kesimpulan

Karena itu, Tuhan mengingatkan supaya kita tidak punya “mental gratisan.” Setelah ditebus, tidak mau bayar harga untuk ibadah, tidak mau melakukan firman Tuhan, dan tidak melayani Tuhan; inilah mental gratisan. Lihatlah contoh bangsa Israel, mereka yang memiliki mental gratisan, tidak ada dari generasi itu yang masuk Tanah Perjanjian. Sebab untuk setia dan mendapat hidup yang kekal, ada harga yang harus dibayar. Matius 24: 9-13 dalam terjemahan Complete Jews Bible ditulis bahwa kasih menjadi dingin karena jarak yang makin jauh dengan TORAH, tetapi siapa pun yang bertahan sampai pada akhirnya akan diselamatkan. Ingatlah, kenyamanan dunia bukan ukuran dari berkat Tuhan, setia dalam kebenaran adalah ukuran dari berkat Tuhan.