1 Raja-raja 2:1-4
Sebagai dokter spesialis anak, dibutuhkan banyak waktu untuk mendengarkan keluhan-keluhan yang disampaikan oleh orang tua tentang permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapi anak-anaknya. Saya jadi mengetahui bahwa ada yang punya peran utama (penentu) di dalam keluarga, bisa orang tua, kakek, nenek, bahkan ART.
Legacy Daud kepada Salomo (1 Raja-raja 2:1-4)
Daud menyampaikan pesan-pesan terakhir kepada Salomo. Sebab Daud akan segera mengalami perhentian dan dimakamkan di kota Daud. Kata-kata terakhir merupakan kata yang penting untuk diperhatikan. Daud menyadari keberadaannya sehingga dia harus mewariskan sesuatu untuk menuntun Salomo. Selain mewariskan harta yang banyak, Daud juga mewariskan kata-kata terakhir yang sangat penting. Sebagai pewaris dari Daud, Salomo harus setia kepada Tuhan dan Torah sesuai hukum Musa.
Selain iman sebagai warisan yang ditinggalkan Daud kepada Salomo, perjanjiannya juga diwariskan, yaitu membangun bait suci. Belajar dari Daud yang mewariskan sesuatu kepada Salomo, kita juga harus bisa mewariskan sesuatu kepada generasi kita selanjutnya. Generasi ilahi yang siap untuk membawa panji-panji Tuhan Yeshua di bumi (menggenapi panggilan dan rencana Tuhan).
Cinta dan displin harus seimbang
Daud memiliki anak berjumlah sekitar 19 orang. Anak-anak Daud yang banyak, punya empat tokoh yang dicatat dalam Alkitab, yaitu Amnon, Absalom (anak Maakha), Adonia (anak Hagit), dan Salomo (anak Batsheba). Daud sangat sayang kepada anak-anaknya, bahkan kepada putranya yang pertama (Amnon – putra mahkota). Amnon selalu dimanja dan selalu mendapatkan apa yang diinginkan hatinya. Akhirnya, Amnon melakukan hal salah di hadapan manusia dan Tuhan (2 Sam. 13:12-14 TB). Sayangnya, Daud tidak mengambil tindakan yang tegas dan jelas terhadap kesalahan yang telah dilakukan Amnon kepada Tamar, adik tirinya. Tidak ada teguran atau hukuman bagi Amnon. Karena Daud tidak melakukan tindakan yang jelas dan tegas, maka Absalom (kakak Tamar) mengambil tindakan membunuh Amnon.
Daud memiliki sikap yang salah dalam menunjukkan rasa sayang kepada anak-anaknya. Tidak ada kedisiplinan yang diberikan Daud kepada anak-anaknya. Ada hal yang salah telah dilakukan Daud dalam hal mengasuh anak-anaknya. Daud sangat sayang kepada anak-anaknya sehingga tidak pernah berkata, ‘TIDAK’. Daud memperbolehkan semua hal kepada anak-anaknya (memberikan kebebasan yang terlalu longgar kepada anak-anaknya).
Memberikan disiplin dan hukuman adalah hal yang berbeda. Disiplin diberikan supaya membuat anak mengerti dan menyadari kesalahannya sehingga tidak akan mengulanginya lagi, sedangkan hukuman akan membuat anak menjadi takut, bila tidak melakukan hal yang telah ditetapkan. Ini membuatnya tidak memiliki integritas dalam melakukan hal yang telah ditetapkan.
Dalam kisah Daud, kita bisa belajar bahwa harus bijak untuk memilah-milah, kapan saat dan waktu yang tepat, kita berkata tidak atau sebaliknya. Karena itu, pergunakan sikap dan kata-kata yang tepat dalam memutuskan sesuatu yang berdampak untuk menjadikan anak-anak menjadi lebih baik lagi.
Mempersiapkan generasi (Yoel 1:3; Maz. 102:19)
Setiap hari luangkan waktu dan berdiskusi dengan anak-anak kita. Berikan juga waktu bersama keluarga untuk berbagi sesuatu, misalnya menceritakan keadaan kita, kebaikan, penyertaan, didikan, dan nasihat yang Tuhan berikan. Sebelum bersaksi kepada orang lain (di luar), kita bersaksi terlebih dahulu di tengah-tengah keluarga (anak atau orang tua) sehingga bersama dengan keluarga bisa bertumbuh di dalam pengenalan kepada Tuhan.
Anak adalah bagian dari keluarga (Ef. 6:1-3 TB). Tugas sebagai orang tua adalah mendidik anak-anaknya untuk tunduk dan taat kepada orang tua sejak usia dini. Ini dapat menjadi awal ketaatannya kepada perintah Tuhan. Miliki waktu untuk duduk bersama semeja untuk mendengarkan isi hati anak-anak.
Kesimpulan
Generasi selanjutnya adalah generasi ilahi di masa mendatang. Generasi ilahi yang telah dipersiapkan dengan dasar Torah (Firman Tuhan) dan diberikan kemampuan oleh Tuhan sehingga kasih karunia Tuhan tidak menjadi sia-sia (1 Kor. 6:1-2). Kita harus menyiapkan generasi selanjutnya (generasi ilahi) menerima perkenanan dari Tuhan (Yoel 2:28) di era generasi emas Indonesia (tahun 2045).