April 30, 2023

Find the Divine

Find the Divine

Torah Parshah minggu lalu membahas tentang kusta (Metzora). Beberapa tahun yang lalu pernah dibahas tentang hal ini bahwa kusta yang ditulis di Kitab Suci berbeda dengan penyakit kusta di zaman ini, disebut lepra. Karena, kusta yang tertulis di Kitab Suci tidak hanya menyerang manusia, tetapi juga bisa terkena di rumah (properti) (band. Imamat 14: 34-35). Ketika tanda kusta muncul di rumah, ada kemungkinan bahwa banyak tersimpan harta di balik tembok rumah (sebelumnya milik orang Amori, band. Bilangan 1: 2). Kita dapat merenungkan bahwa Tuhan itu peduli tidak halnya kepada manusianya, tetapi seluruh aspek kehidupan kita.

Kita ingat kisah Akhan, kalau di pikir-pikir apa yang dilakukan Akhan adalah hal yang wajar. Contohnya, jubah raja Babilon yang mungkin memang sangat bagus dan satu-satunya. Juga, kisah Gehazi yang menerima hadiah dari Naaman yang ditolak oleh Elisa dan yang terjadi adalah dia terkena kusta. Apakah Tuhan tidak ingin kita memiliki barang-barang yang bagus? Bagaimana dengan raja Daud dan Salomo yang memiliki banyak harta? Apa yang keliru pada Akhan dan Gehazi?

Harta kekayaan yang dimiliki oleh para tokoh Alkitab (Abraham, Yakub, Yusuf, dan sebagainya), mereka dapatkan di dunia. Karena itu, kita perlu mengetahui kehendak Tuhan. Seperti, bangsa Israel yang tampaknya mengalami “keburukan” karena rumah terdapat tanda kusta harus dirobohkan, tetapi ternyata di balik itu ada kebaikan yang Tuhan sediakan.

Kita akan belajar dari kisah pemuda kaya (Markus 10: 17-21)

Tuhan Yeshua mengatakan bahwa “… engkau akan memiliki harta di surga.” Surga merujuk pada malchut (kerajaan Elohim), artinya tidak hanya kerajaan di langit tempat Tuhan bertakhta, tetapi juga kerajaan Era Messianic (1000 Tahun Damai) dan kerajaan-Nya di dunia saat ini (band. ayat 23-27). Saat kita percaya kepada Tuhan Yeshua sebagai Mesias, artinya kita sudah diundang untuk menjadi bagian dalam kerajaan-Nya (malchut). TUHAN Yeshua menjelaskan tentang upah yang akan diterima murid-murid-Nya yang berani meninggalkan segalanya untuk memberikan Injil (band. ayat 28-30). Tidak halnya upah di kehidupan kekal, tetapi juga di dunia bahkan sampai seratus kali lipat.

Ketika pemuda kaya ini mau memberikan segala yang dia punya, seperti perkataan Tuhan Yeshua; sebenarnya, dia justru mendapat sumber dari segalanya, yaitu Tuhan Yeshua (ay. 21, CJB). Ini adalah kunci kita mendapatkan kemenangan. Pemuda ini tidak menyadari bahwa dia akan memperoleh upah masa itu, bila melakukan perkataan Tuhan Yeshua. Lalu, apa yang salah dalam kisah Akhan?

Mari kita belajar dari fakta-fakta dari kisah pemuda kaya

  1. Pemuda ini tidak sadar bahwa yang berkata kepadanya adalah Tuhan Yeshua, pemilik segalanya (Mazmur 24: 1). TUHAN memiliki segalanya. Segala hal yang ada di dunia, termasuk benda-benda mati (mobil, ponsel, rumah, pakaian, dan sebagainya). Kita mengira kitalah pemilik aset, tetapi sebenarnya ini semua milik Tuhan, termasuk tubuh kita (band. Kisah 4: 24; Mazmur 126: 6; Keluaran 20: 11).
  2. Dalam setiap milik Tuhan harus ada percikan ilahi (divine sparks). Jadi, dalam semua aspek yang ada di dunia ini ada percikan ilahi. Bila kita memiliki aset atau harta yang banyak, itu bukan hal yang penting di hadapan Tuhan.

Berdasarkan fakta-fakta di atas, kita dapat menemukan kunci sehingga membuat kita tetap berkenan di hadapan Tuhan. Contohnya, Akhan. Dia melihat jubah Sinear hanya sebagai aset untuk kepentingannya meraih keuntungan bagi dirinya sendiri, inilah yang membuat perbuatan Akhan tidak berkenan di hadapan Tuhan. Akhan tidak bisa melihat percikan ilahi di jubah itu. Ini juga adalah misi yang Tuhan inginkan bahwa setiap kita dapat menemukan dan memunculkan percikan ilahi di dalam segala aspek hidup kita (harta, waktu, teman-teman, keluarga, dan lain-lain). TUHAN memberi peringatan dalam Matius 5: 29-30, artinya bila kita tidak bisa menemukan percikan ilahi dalam hidup kita, lebih baik “dipotong” daripada kehilangan hidup yang kekal (contohnya, yang terjadi pada Akhan).

Namun, saat kita dapat menemukan percikan ilahi dalam setiap aspek hidup kita, maka hal yang itu tidak hanya menjadi barang fana bahkan menyesatkan sehingga kehilangan hidup yang kekal; tetapi benda itu akan menjadi alat untuk kepentingannya Tuhan. Seperti pemuda yang kaya itu, dia justru kehilangan sesuatu yang kekal.

  1. Tuhan menyediakan sesuatu yang luar biasa bagi kita. Karena itu, kita harus menemukan percikan ilahi dalam setiap aspek hidup yang Tuhan percayakan dalam hidup kita. Menggunakan mata, tangan, dan seluruh hidup kita untuk kepentingan Tuhan.

Tuhan tidak anti kekayaan. Masalahnya, kita harus tahu cara menemukan percikan ilahi di dalam kekayaan yang Tuhan berikan bagi kita. Kekayaan itu bukan untuk kepentingan kita sendiri, melainkan memakai kekayaan sebagai alat untuk kepentingan kerajaan Elohim.

Keluaran 11: 2

Terjemahan asli pada ayat di atas, muncul kata “daver na” (please). TUHAN berkata, “Tolonglah …” seperti memohon. Literatur Ibrani, Berakhot 9b, menjelaskan dengan sebuah analogi, “seperti seseorang yang dipenjara dan diberitahukan bahwa besok, dia akan bebas dan akan mendapat banyak uang. Orang ini menganggap uang bukanlah menjadi hal yang penting, yang diinginkan hanya kebebasan. Seperti itulah, keadaan bangsa Israel. Mereka tidak berpikir punya harta melimpah, karena yang paling penting adalah mereka bisa keluar dari Mesir. Jadi, perkataan Tuhan menggambarkan bahwa bangsa Israel harus menerima harta yang diberikan orang Mesir saat mereka keluar, bukan untuk kepentingan mereka, melainkan Tuhan sedang menggenapi nubuatannya kepada Abraham (Kejadian 15: 13-14).”

Yang dilihat oleh Tuhan adalah saat kita dipercaya dengan aset atau kekayaan, apakah kita menggunakannya untuk kepentingan Tuhan dan kerajaan-Nya di atas kepentingan ego kita. Itu juga yang membedakan Akhan dan Gehazi yang ingin memiliki harta untuk kepentingannya sendiri; sedangkan Daud, Salomo, Abraham, Yusuf, dan lainnya menggunakannya untuk kepentingan rencana Tuhan dan kerajaan-Nya. Mereka terhubung dengan sumber pemilik segalanya, yaitu Tuhan. Ini yang dilewatkan oleh pemuda kaya itu.

Kesimpulan

Saat kita bisa menemukan percikan ilahi dalam tiap aspek hidup, kita akan tahu bahwa apa yang kita punya adalah milik Tuhan dan seharusnya dipakai untuk kepentingan Tuhan. Jadi, kita memiliki misi kerajaan, yaitu menemukan percikan Tuhan di setiap ciptaan; artinya jaminan kemenangan ada di tangan.