Abraham adalah bapa iman sebagai ciptaan baru. Nuh dipakai Tuhan untuk menyelamatkan manusia secara jasmaniah, sedangkan Tuhan memakai Abraham sebagai perintis iman. Melalui Abraham, Tuhan membuat perjanjian untuk memberkati manusia di bumi. Janji Tuhan kepada Adam tentang Mesias (Kej. 3: 15) mulai dijalankan oleh Tuhan pada Abraham. Panggilan Tuhan kepada Patriach mencerminkan rancangan asli Tuhan kepada umat manusia agar mengalami berkat Tuhan dan menjadi saluran berkat bagi Tuhan.
Panggilan Abraham menjadi orang rohani yang tangguh (Kej. 12: 1-3)
Tuhan memanggil Abraham untuk meninggalkan 3 hal, yaitu meninggalkan tanah airnya, meninggalkan handai taulan, dan meninggalkan keluarga ayahnya. Panggilan Tuhan diawali dengan ujian yang tidak mudah. Panggilan Tuhan membuat Abraham harus meninggalkan segala kenyamanannya (hal-hal yang nyata) untuk menerima janji Tuhan (yang belum nyata). Ketika Yeshua memanggil murid-murid-Nya, DIA memakai standar yang sama (Luk. 18: 29-30) termasuk menurunkan ego (Mat. 16: 24). Mengikut Tuhan Yeshua artinya mengikuti ajaran dan gaya hidup Tuhan Yeshua yang sesuai dengan seluruh Torah.
Abraham dalam memenuhi panggilannya, dia membuang budayanya yang lama dan mempertahankan budaya yang Elohim tetapkan untuk dia lakukan di tengah-tengah daerah yang asing. Setelah zaman Tuhan Yeshua, kita melihat banyak terjadi akulturasi (pencampuran budaya), mulai dari ornamen bangunan hingga penggambaran sosok Yeshua yang cenderung mirip orang Eropa (pengaruh budaya Yunani dan Romawi). Inilah yang membuat kekristenan di seluruh dunia mengalami pergeseran dari akar asli. Kita sebagai anak-anak iman dari Abraham, kita pun harus mencontoh sikap hidup Abraham.
Tuhan tidak hanya meminta kepada Abraham, tetapi juga memberi sesuatu kepadanya, yaitu memberi keturunan, kekayaan, dan nama besar. Mengapa Abraham bersedia mengikuti perintah Tuhan? Karena yir’ah (kekaguman – יִרְאָה), yir’at Hashem (יִרְאַ֣ת יְהוָ֑ה) (rasa takut akan Tuhan), berbeda dengan pákhad (פַּחַד) (rasa takut, kengerian). Kekaguman atau rasa takut pada Tuhan akan memunculkan emunah (iman setia).
Saat seseorang mulai tidak mengagumi Tuhan dan tidak hidup takut akan Tuhan, artinya dia mulai kehilangan emunah kepada Tuhan. Merasa kagum dengan keberhasilan dan kesuksesan orang-orang dunia bahkan yang tidak mengenal Tuhan. Ketika ide itu muncul, maka kekaguman akan Tuhan mulai berkurang. Bila tidak segera bertobat, dia akan kehilangan imannya.
Iman perlu mendapatkan ujian supaya makin murni dan menjadi teguh. Tanpa ujian iman, kita tidak bisa menjadi dewasa secara rohani (Ibrani 12: 8; Yak. 1: 3-4).
Abraham diciptakan menjadi baru (Kej. 12: 2)
Rabbi Berekhyah berpendapat, “Adonai tidak mengatakan bahwa DIA akan menjadikannya bangsa yang besar, tetapi Adonai akan membuat (וְאֶֽעֶשְׂךָ֙ wa’e‘eśḵā) (akar kata: עָשָׂה – asah) Abraham menjadi bangsa yang besar”. Akar kata עָשָׂה – asah, dipakai juga saat Tuhan menciptakan Adam (Kej. 1: 26). Artinya, Abraham diciptakan dua kali. Pertama, dia dibuat di dalam Adam dan Tuhan menciptakan kembali Abraham secara rohani (lahir baru).
Abraham menjadi bangsa yang besar sesudah dia mengalami lahir baru (menjadi ciptaan yang baru, Roma 4: 16). Wujud lahir baru bagi bangsa-bangsa lain ada di kisah Nikodemus (Yohanes 3). Tiap generasi Tuhan memberikan tanda tentang Mesias, contohnya saat Abraham mempersembahkan Ishak, dia melihat Yeshua (Yohanes 8), Nuh di dalam bahtera, juga di zaman Adam. Artinya, setiap zaman ada gambaran Mesias sehingga ketika orang beriman pada janji itu, maka dia selamat.
Perjanjian Abraham
Menjadi dasar dari semua perjanjian (perjanjian Sinai, perjanjian Daud, dan perjanjian yang diperbaharui). Tuhan memberi janji tentang tanah kepada Abraham (Kej. 15: 7) dan dia meminta tanda (ay. 8-12). Tuhan berfirman melalui tanda itu bahwa Dia adalah pemegang janji.
Di daerah Timur Tengah, perjanjian menggunakan binatang yang dibelah dua, mengapa? Artinya, pihak yang ingkar terhadap perjanjian itu harus mengalami kematian. Namun, Tuhan membuat Abraham tertidur dan Tuhan sendiri berjalan di tengah-tengahnya, artinya Tuhan sendiri yang menjamin perjanjian itu. Bila suatu saat janji tidak bisa digenapi, maka Tuhan harus mati, sedangkan Tuhan tidak bisa mati. Artinya, Tuhan sendiri menjamin apa pun itu janji-Nya harus tergenapi (unconditional covenant). Jadi, Tuhan kita adalah Tuhan yang setia, kita juga harus menjadi orang yang setia (kepada pasangan suami/ istri dan kehidupan sehari-hari).