Behold He Do a New Thing

Yesaya 43:15-19

            Tuhan berkata, “Aku hendak membuat sesuatu yang baru” (ay. 19). Artinya, ada sesuatu yang akan ditinggalkan. Seperti, pada ayat 18 yang mengatakan bahwa kita tidak mengingat hal-hal yang dahulu (lama). Segala sesuatu mengalami perubahan di dalam hidup. Begitu juga dengan kehidupan gereja dan berjemaat. Menjelang kedatangan Tuhan Yeshua yang ke dua, Tuhan terus melakukan banyak perubahan (pemulihan) dalam kehidupan gereja-Nya. Kita harus siap menghadapi banyak perubahan apabila kita ingin janji-janji Tuhan digenapi dalam kehidupan kita.

            Hari-hari ini gereja Tuhan khususnya Bukit Zion dibawa terus mengalami perubahan-perubahan. Perubahan yang Tuhan sedang kerjakan menuju kepada penggenapan akan janji-janji-Nya. Perubahan yang dulunya berpijak pada akar Yunani dan beralih kepada akar Ibrani. Karena Tuhan menuntut perubahan kepada para rasul (murid Tuhan) yang dipilih sejak mereka dipanggil untuk mengikuti-Nya (Mat. 9:17).

            Kita mengharapkan terobosan dan lawatan Tuhan terjadi dalam hidup kita, tetapi kita tidak pernah mau mengubah pola dan kebiasaan hidup kita. Hal yang sama dialami oleh bangsa Israel yang Tuhan bawa keluar dari tanah Mesir (tempat perbudakan). Bangsa Israel tidak mudah untuk beradaptasi dengan perubahan yang Tuhan sedang kerjakan bagi mereka (baca Bil. 11:5-6). Oleh sebab itu, berikut adalah beberapa penyebab Tuhan murka atas umat Israel, sehingga mereka tidak bisa menggenapi apa yang baik yang Tuhan sudah sediakan di depan mereka.

  1. Mau yang enak saja

            Mengiring Tuhan Yeshua berarti memikul salib dan menyangkal diri (Mat. 16:24). Bila kita hanya mau mengiring Tuhan Yeshua sebatas konsep kenyamanan dan berkat tanpa kita mempersenjatai pikiran kita dengan pemahaman bahwa kekristenan adalah mengambil bagian dalam teladan dan penderitaan Kristus (1 Pet. 4:1); akan menyebabkan kerohanian kita tidak bisa mengalami kemajuan. Tidak mau atau menghindari kesusahan dalam pengiringan kita akan Tuhan Yeshua tidak akan membawa kita kepada pengenalan akan Tuhan secara benar (hypergrace/ sekali selamat tetap selamat). Selama kita tidak mau atau enggan keluar dari zona kenyamanan dan tidak mau bayar harga di dalam menjalankan firman dan perintah-Nya dengan penuh ketaatan, pun kita tidak akan pernah mengalami terobosan dalam kehidupan rohani kita.

  • Tidak berjalan dengan iman

            Manusia jasmani memiliki kecenderungan untuk berjalan berdasarkan apa yang dilihat oleh mata atau apa yang ditangkap oleh panca inderanya. Misalnya, mungkin kita akan lebih mudah menasihati orang lain yang sedang mengalami keterpurukan ekonomi, saat kita sedang banyak tabungan atau deposito. Kita bisa menasihati seolah-olah kita memiliki iman yang besar untuk berharap pada Tuhan. Namun, bagaimana saat kita juga mengalami atau sedang mengalami pergumulan keuangan dan ada yang meminta jalan keluar kepada kita. Apakah kita juga bisa menasihati dengan penuh iman? (2 Kor. 4:18; Rom. 8:24-25).

  • Tidak berpusat pada janji Tuhan

            Anak-anak Tuhan dapat bertahan di tengah zaman yang penuh ketidakpastian dan keadaan yang semakin jahat, kalau kita berpusat pada janji Tuhan. Firman Tuhan mencatat banyak tokoh Alkitab, yang memiliki kehidupan yang berpusat pada janji Tuhan, contohnya Abraham (Rom. 4:18-21). Hanya orang-orang yang berharap dan memfokuskan perhatiannya pada janji Tuhan sajalah yang akan mengalami terobosan rohani (Yesaya 40:31).

Bagaimana respons kita?

            Respons kita menentukan hal-hal ke depan yang akan Tuhan kerjakan lebih lagi di dalam hidup kita. Karena itu, jangan tolak setiap perubahan yang Tuhan sedang kerjakan di dalam hidup kita.

Nasihat firman Tuhan:

“Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu. Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan TUHAN dan jauhilah kejahatan; itulah yang akan menyembuhkan tubuhmu dan menyegarkan tulang-tulangmu” (Ams. 3:5-8) Bangun terus hubungan pribadi kita dengan Tuhan agar kita tidak kehilangan rencana Tuhan dalam hidup kita melalui gereja-Nya.