Kita harus siap dengan keadaan dunia dengan segala perubahannya. Namun, kita harus tetap berjalan di waktu rohani kita. Kita merasa kehidupan selama di dunia berjalan biasa sesuai dengan usia sebagai manusia. Ketika kita percaya kepada Tuhan Yeshua sebagai Mesias dan Juruselamat secara pribadi, maka kita sedang berjalan di waktu rohani bersama Tuhan. Hari ini kita akan belajar tentang perjalanan rohani sesuai dengan waktu Tuhan (1 Raja-raja 17: 1-24), ada empat bagian, yaitu menyatakan peringatan Tuhan (ay. 1), tentang penyediaan Tuhan (ay. 2-7), tentang iman dari Tuhan (ay. 8-16), dan iman yang membangkitkan orang mati (ay. 17-24). HaH
Belajar latar belakang Elia
Elia hidup di wilayah Israel. Raja yang memerintah pada saat itu, adalah Ahab. Dia seorang yang berdosa dan jahat di mata Tuhan. Karena menikah dengan Izebel (wanita penyembah berhala). Raja pada zaman itu banyak melakukan pelanggaran, perbuatan jahat, dan dosa, sehingga mereka tidak berkenan di hadapan Tuhan. Mereka meninggalkan penyembahan yang benar kepada Elohim. Mereka justru melakukan penyembahan terhadap berhala (Yer. 7: 9, 19: 5; 1 Raja-raja 14: 23-24, 15: 12; 22: 44). Lalu, Elia datang di tengah-tengah mereka. Elia melakukan tindakan-tindakan rohani untuk menyelamatkan bangsanya. Elia menyampaikan nubuat bahwa tidak akan turun hujan (ay. 1). Terbukti, Elia bisa menghentikan dan mendatangkan hujan atas kuasa Tuhan.
Perjalanan Elia ke sungai Kerit untuk diasingkan
Elia harus pergi dari lingkungan kerajaan. Dia diasingkan. Padahal dia, seorang nabi yang berkuasa dan mempunyai otoritas dari Tuhan. Setelah Elia menyampaikan perintah Tuhan kepada Ahab, akhirnya dia diasingkan.
Elia mengalami proses dari Tuhan selama berada di tepi sungai Kerit. Secara rohani, Elia diremukkan, dipisahkan, diasingkan, sehingga hidupnya harus bergantung hanya pada Tuhan. Selama proses, Elia menunjukkan sikap penyerahan diri kepada Tuhan. Saat kita mengalami hal yang sama, seperti Elia (mengalami tekanan yang berat), itu berarti Tuhan menginginkan supaya kita mengalami firman-Nya. Sebab Tuhan sangat mengasihi dan menyayangi anak-anak-Nya, sehingga DIA mengizinkan kita mengalami firman-Nya.
Pengalaman pribadi bersama Tuhan akan membuat seseorang melihat kebesaran, kedahsyatan, dan kekuasaan Tuhan yang tidak terbatas oleh apa pun. Ini menunjukkan bahwa tanpa Tuhan kita tidak mampu. Seluruh keberadaan kita bergantung sepenuhnya kepada Tuhan. Karena itu, nantikan Tuhan dalam segala keadaan. Ingatlah bahwa proses tetap ada.
Menghadapi kelaparan
Tuhan memerintahkan Elia untuk pergi ke Sarfat. Di sana, dia bertemu dengan seorang janda yang hanya memiliki segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli. Namun, Elia sebagai nabi Tuhan tahu akan rencana Tuhan, sehingga dia meminta janda itu memberinya makan. Dia melakukan seperti apa yang diperintahkan oleh Elia meskipun ada keraguan dalam dirinya (ay. 12). Janda sarfat sebenarnya putus asa, sebab dia sudah berpikir tentang kematian.
Sifat manusia cenderung gampang putus asa dan menyerah. Namun, di tengah-tengah keputusasaan, janda Sarfat tetap taat, sehingga mengalami penyediaan Tuhan yang tidak terbatas (ay. 16).
Membangkitkan kematian
Elia tetap berjalan sesuai dengan yang diperintahkan Tuhan kepadanya. Setelah Elia mengatasi kelaparan. Dia diperhadapkan lagi dengan suatu proses, yaitu kematian anak janda Sarfat. Doa Elia yang berotoritas dan tindakan yang tegas, akhirnya janda Sarfat kembali mengalami dan menerima jawaban doa. Elia berseru dalam doa kepada Tuhan mengenai kematian anak janda sarfat (ay. 21). Elia bergerak tepat atau sesuai dengan waktu Tuhan. Sebab Elia selalu menunggu firman-Nya dan selalu sabar menunggu waktu Tuhan.
Kesimpulan
Elia mengalami proses dalam waktu Tuhan, mulai dari diasingkan, menghadapi kelaparan, dan membangkitkan kematian, tetapi akhirnya Elia mengalami kemenangan. Elia menyatakan kemuliaan Tuhan di gunung Karmel. Penyembahan berhala dihancurkan bahkan hujan turun dan dengan kuasa Tuhan. Karena kuasa Tuhan, Elia mendahului raja Ahab ke Yisreel (1 Raja-raja 18:1-46). Elia menjadi perspektif/ gambaran di akhir zaman (Mal. 4:5-6).
Elia harus mengalami proses dalam waktu Tuhan, supaya nama Tuhan ditegakkan dan firman-Nya tidak diremehkan. Kita harus ingat bahwa cara kerja Tuhan berbeda dengan cara dunia (Hagai 1: 6-10). Ketika kita mendahulukan Tuhan dan mencari Kerajaan-Nya, ketika memprioritaskan Tuhan di atas segalanya; maka kita akan melihat kemurahan dan kebaikan Tuhan sama, seperti yang dialami oleh janda Sarfat.