Semangat Yang Patah

Semangat Yang Patah

📖 Amsal 17:22 (ITB)
“Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang.”

Akhir pekan lalu berat bagi kami karena kami sekeluarga jatuh sakit, di saat jadwal kegiatan saya dan suami sedang padat.

Semuanya dimulai saat anak saya yang kecil, sakit terlebih dahulu. Karena memang jadwal kami beberapa minggu terakhir ini sangat padat dan dia harus mengikuti kami, jadi daya tahan tubuhnya pun menurun. Dan sebagian besar orang pasti tahu bagaimana bila bayi/anak kecil sedang sakit.

Puncaknya di hari Sabtu, ia rewel sambil menangis hampir seharian penuh dan hanya mau dengan saya. Kebetulan juga suami saya harus pergi pelayanan. Setelah beberapa hari merawat anak sakit, saya pun berada di titik puncak kelelahan saya, ditambah stres yang meningkat karena harus menenangkan dia yang terus menerus menangis.
Pada akhirnya, bukannya dia yang tenang, namun malah justru saya yang terpancing emosi. Dan sorenya, saya tiba-tiba mulai merasa badan saya meriang.

Sejak Rabu saya merawat anak saya yang sakit dan puji Tuhan saya diberi kekuatan dan kesehatan. Namun sesaat setelah saya terpancing emosi, yang membuat saya kehilangan sukacita, seketika itu juga saya jatuh sakit.

Bukankah ini tepat seperti yang ditulis oleh ayat mas di atas?
Saya tambahkan dalam versi ISV, ayat ini berbunyi demikian:
“A joyful heart is good medicine, but a broken spirit drains one’s strength.”

Kata ‘drain’ selain berarti ‘mengeringkan’, juga dapat diartikan ‘menguras, menghabiskan, mengeluarkan’.

Dan ini yang benar-benar saya alami. Di saat semangat saya patah, lalu saya dengan mudah terpancing emosi, habislah tubuh jasmani saya; semuanya terkuras habis.

Mungkin bagian terkenal dari ayat mas ini adalah pada ‘hati yang gembira adalah obat’. Tapi melalui pengalaman ini, saya belajar sesuatu dari ‘semangat yang patah mengeringkan tulang’.

Dalam keseharian kita, sadar atau tidak, si jahat terus menerus berusaha untuk menyerang kita. Seburuk apapun keadaannya, mari kita sama-sama belajar untuk memiliki ‘hati yang gembira’, sehingga kita tidak memberi celah bagi si jahat untuk ‘mematahkan semangat’ kita, yang kemudian akan merugikan kita sendiri, termasuk kesehatan kita.

Menutup renungan hari ini, ada sebuah terjemahan bebas dari ayat mas di atas berkata, “Sukacita adalah obat yang baik, tetapi dukacita adalah penyakit.”

Saya teringat sebuah istilah dalam bahasa Ibrani yang sempat kita pelajari beberapa waktu lalu. Apapun yang membuat semangat kita patah hari ini, mari kita bersama-sama berkata dengan penuh sukacita, “Chazak, chazak, v’nitchazek — jadilah kuat, jadilah kuat, semoga kita semua terus dikuatkan”,
Amin.

Tuhan Yeshua memberkati kita semua 🤗