Be Wise (Part-2)
Ps. Tekgianto Gunawan

… lanjutan

c. Sikap hati yang mengidolakan manusia dan diidolakan manusia karena ilmu pengetahuan yang kita miliki.

Saat seseorang begitu mengagung-agungkan ilmu yang dimiliki, tepat saat itu jugalah pengetahuan telah menjadi berhala baginya. Terlebih saat fokus sudah mulai tertuju kepada hal-hal materi, yaitu keuntungan yang didapatkan (seperti gelar, jabatan, dan fasilitas). Eksploitasi yang berlebihan terhadap ilmu pengetahuan pada akhirnya akan menggiring kita untuk menyimpang dari jalan kebenaran.

Semua berhala pada dasarnya mempunyai ketiga hawa nafsu yang ditemukan di dalam 1 Yohanes 2:16, “Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia.”

  1. Jangan ada percabulan dalam hidup kita (ay. 8).

Kota Korintus dibangun oleh Julius Caesar pada tahun 46 dan dijadikan ibu kota politik yang sangat diakui sebagai tempat kediaman gubernur yang berkuasa, dan mengalami ledakan  pertumbuhan ekonomi yang menawarkan kemewahan, pameran kekayaan, pemuasan hawa nafsu dan olahraga. Di situ juga terdapat kuil dewa Afroditus yang dihuni 1000 imam wanita sebagai pelacur bakti.

Paulus menemukan permasalahan moral yang serius, juga ajaran gnostik. Gnostik mengajarkan bahwa segala sesuatu yang dilakukan dengan tubuh tidak akan menimbulkan pengaruh apa pun. Pengajaran tentang kehidupan seks bebas adalah hukum ilahiah. Hal ini mengakibatkan ada jemaat yang hidup kompromi dengan percabulan.

Belajar dari peristiwa Bileam dalam kitab Bilangan karena kitab Bilangan mengandung banyak pelajaran penting bagi umat Tuhan dewasa ini, yang berada di ambang Tanah Perjanjian yang jauh lebih unggul (1 Korintus 10: 11; Bilangan 25: 6, 14; Yudas 4).

  • Jangan pernah mencobai Tuhan (ay. 9) atau jangan membangkitkan kecemburuan Tuhan (ay. 22).

Arti dari mencobai Tuhan adalah “Menantang Tuhan dengan meragukan kekuasaan-Nya melalui ucapan-ucapan yang bernada cemoohan kepada Tuhan.” Hal ini disebabkan oleh hati yang bebal dan tidak percaya kepada Tuhan. Bangsa Israel berulangkali tidak menjaga mulutnya dari berbuat dosa. Mereka terpancing dengan situasi sulit dan keadaan lainnya sehingga mereka berkata: “Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini? Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air, dan akan makanan hambar ini kami telah muak.”

Karena itu, jangan biarkan mulut dan hati kita menjadi alat yang mencobai Tuhan, namun biarlah hati kita selalu bersyukur dan berserah kepada Tuhan.

  • Jangan terus bersungut-sungut kepada Tuhan (ay. 10).

Tidak ada hari yang hidup kebanyakan orang tidak bersungut-sungut dan kita tidak menganggap itu sebagai satu masalah sebab semua orang melakukannya.

Sungut-sungut adalah sesuatu yang sangat berbahaya sekali dan cepat menular. Kita harus menyadari dan mawas diri akan hal itu. Yakobus berkata, “Lidah walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar…” (pasal 3).

Hati-hati dengan lidah kita karena dia, seperti api yang bisa membakar hutan yang besar tanpa bisa dikendalikan. Kita mungkin tidak bisa mencegah telinga kita mendengar orang lain mengatakan sesuatu, tetapi kita bisa mencegah mulut kita untuk tidak memperpanjang sungut-sungut itu sampai ke orang lain. Kita juga bisa memilih untuk tidak mendengar keluhan dan gerutu ketidakpuasan.

Bersungut-sungut dapat mendistorsi perspektif hidup kita. Bangsa Israel keluar dari Mesir menuju ke Tanah Perjanjian, saya percaya apa yang mereka alami dan jalani persis sama dengan perjalanan hidup kita. Kita dibawa keluar dari perbudakan dosa, kita sekarang adalah anak-anak Tuhan yang sedang berjalan dalam perjalanan iman menuju ke Tanah Perjanjian Surgawi. Dalam perjalanan itu bisa jadi ada realita yang susah dan sulit tetapi yang terjadi adalah bangsa Israel melihat hal yang susah dan sulit di dalam perjalanan di padang gurun itu membuat mereka menoleh ke belakang melihat apa yang mereka tinggalkan di masa yang lalu itu lebih baik daripada yang sekarang.

Karena itu, ingatlah firman Tuhan: “Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu,” (Amsal 3: 6).

“Janji TUHAN adalah janji yang murni, bagaikan perak yang teruji, tujuh kali dimurnikan dalam dapur peleburan di tanah” (Mazmur 12: 6, 7)

“Segala jalan TUHAN adalah kasih setia dan kebenaran bagi orang yang berpegang pada perjanjian-Nya dan peringatan-peringatan-Nya” (Mazmur 25:10)

“TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka” (Mazmur 25:14).