Be Wise (part 1)
Ps. Tekgianto Gunawan

Orang yang bijaksana adalah orang yang memahami jalan hidupnya, dan kegagalan yang dialaminya menjadi peringatan yang penting untuk mengenal “jalan Tuhan yang benar” (1 Korintus 10: 6-11). Firman Tuhan memperingatkan kepada kita untuk belajar dari kegagalan bangsa Israel, supaya kita tidak jatuh ke dalam pola hidup atau tata cara hidup dari bangsa Israel yang telah gagal.

Kegagalan hidup merupakan pelajaran yang sangat berharga untuk melangkahkan kaki menuju kehidupan mendatang.

Peringatan yang harus menjadi perhatian kita:

  1. Kita harus menghindari diri dari keinginan akan hal-hal yang jahat, yaitu semua hal yang menyeret kita kepada keduniawian (ay. 6, bandingkan Bil. 11:4) Bangsa Israel lebih menuruti hawa nafsu kedagingan mereka, Tuhan sudah memberi mereka makan manna tetapi mereka tidak menginginkan apa yang dari Tuhan sehingga mereka menangis, mereka meragukan kesanggupan Tuhan, mereka tidak puasa dengan manna. Kalau keinginan duniawi di dalam kita muncul dan kita tidak bisa mengendalikan atau menguasai, maka kita akan tahu ke mana kita akan di bawa.

Peringatan keinginan akan hal-hal yang jahat disebut dalam firman Tuhan pertama kali karena keinginan duniawi yang dituruti merupakan akar dan sumber dari banyak dosa.

  • Jangan ada berhala dalam hidup kita (ay. 7). Apa itu berhala: berhala sesuatu yang kita anggap lebih penting dan berharga dibanding Tuhan, segala sesuatu yang menarik hati dan perhatian kita lebih dari Tuhan, segala sesuatu yang kita cari untuk bisa memuaskan hati kita sedangkan yang kita cari itu hanya bisa dipuaskan oleh Tuhan.

Berhala memiliki kedudukan yang mengendalikan hati sehingga membuat kita menghabiskan hasrat, tenaga, emosi, dan sumber daya keuangan di hidup kita. Dan karena hal-hal itu, kita tidak pernah mencari kehendak Tuhan. Ada begitu banyak berhala-berhala di zaman modern ini, mungkin kita sudah tidak menyembah patung atau patung lembu emas (seperti bangsa Israel), kita mungkin tidak lagi membuat tempat-tempat pemujaan yang penuh dengan pernak pernik mistis. Sedikit gambaran berhala modern:

  1. Sikap hati materialisme yang mensyaratkan kebutuhan kita untuk mengisi diri dengan pengadaan makin banyak “barang.” Rumah kita diisi dengan berbagai bentuk barang. Sebagian besar barang kita mempunyai “batas waktu keusangan” yang sudah diprogram di dalamnya, yang membuatnya tidak berguna dalam jangka waktu dekat, dan pada akhirnya kita simpan di garasi atau tempat penyimpanan barang lainnya. Kita tahu bahwa kita tidak mungkin berbahagia dengan cara memenuhi keinginan materi kita karena hal itu merupakan jeratan Setan untuk berfokus kepada diri sendiri dan bukan kepada Tuhan.

Sikap hati yang penuh dengan kesombongan dan lebih mengutamakan harga diri. Ini seringkali menyerupai obsesi kita pada karir dan pekerjaan. Kita membohongi diri kita dengan berpikir bahwa kita melakukan semua itu demi keluarga, demi memberi hidup yang lebih baik. Kenyataannya kita sedang melakukannya demi diri kita sendiri, demi meningkatkan harga diri dengan kesuksesan di mata dunia. Ada begitu banyak keluarga-keluarga yang mengalami perceraian, anak-anak mengalami pergaulan yang hancur hanya karena kita lebih mengutamakan status dari harga diri kita, padahal apabila kita meninggalkan dunia ini, semua yang kita kejar tidak akan menjadi berarti, semuanya tidak lagi menjadi berguna. Apakah faedahnya yang diperoleh manusia dari segala usaha yang dilakukannya dengan jerih payah di bawah matahari dan dari keinginan hatinya? Seluruh hidupnya penuh kesedihan dan pekerjaannya penuh kesusahan hati, bahkan pada malam hari hatinya tidak tenteram. Inipun sia-sia” (Pengkhotbah 2:21-23).