Tiga Level Iman
Oleh: Ps. Tekgianto Gunawan

Pada saat Tuhan datang nanti, Dia tidak sedang bertanya apakah ada orang yang tidak bersalah? Namun, Tuhan akan bertanya adakah iman di dalam diri orang-orang percaya (Lukas 18:8). Karena itu, kita perlu belajar tentang tiga level iman.

  1. Iman meminta

            Tidak ada yang salah dengan ‘iman meminta’ kepada Tuhan. Juga, kita sering berdoa meminta sesuatu dalam pergumulan kita. Dan, hal ini membutuhkan iman supaya menerima jawaban dari doa kita. Namun, kalau kita hanya berhenti sampai pada ‘iman meminta’ saja berarti kita termasuk orang yang paling malang di dunia (1 Kor. 15:19). Sebab, pengharapan atau iman kita hanya ditujukan untuk kehidupan selama di dunia ini saja, misalnya pada kekayaan, kebahagiaan, kenyamanan, dan lainnya. Perhatikan Yoh. 2:23-24, mengapa banyak orang-orang Kristen tidak bisa mengalami pribadi Tuhan di dalam kehidupan kekristenan mereka? Sebab, mereka mengikut Tuhan hanya sebatas menginginkan mujizat dan tanda ajaib yang bisa dilihat. Jika hal-hal tersebut tidak terjadi, maka dengan gampang kita berubah setia dengan meninggalkan Tuhan (lihat 2 Taw. 29:6). Meskipun, mungkin setiap minggu masih ke gereja, tetapi tidak ada pertumbuhan rohani yang bisa dilihat dan berdampak bagi orang lain. Hatinya sudah tidak lagi tertuju kepada Tuhan.

  • Iman perbuatan (Yak. 2:17-18)

            Sering, kekristenan hanya dipandang dari sisi anugrah. Bahwa kekristenan itu adalah anugerah dan bukan karena perbuatan baik. Padahal firman Tuhan menegaskan bahwa keselamatan adalah anugerah, tetapi harus ada langkah selanjutnya, yaitu kita harus melakukan perbuatan baik yang Tuhan sudah kehendaki (2 Tim. 3:17). Tuhan menginginkan terang yang ada pada kita bisa dilihat. Dan, bagaimana terang kita bisa dilihat, bika kita tidak menyatakannya kepada dunia melalui perbuatan baik. Perbuatan baik adalah milik Bapa di Surga. Dan seharusnya, juga menjadi gaya hidup kita untuk senantiasa berbuat baik sesuai firman Tuhan. Karena itu, diperlukan iman untuk dapat berbuat baik. Iman tidak hanya berbicara soal mewujudkan keinginan kita seperti rumah, mobil, sepeda motor, ponsel, dan sebagainya. Namun, harus bisa mempraktikkan kasih kepada orang lain, juga perlu iman. Mempraktikkan dalam mengembalikan perpuluhan, menaati firman Tuhan dalam hal makanan, memanggil nama Tuhan yang benar, dan perbuatan baik lainnya butuh iman. 

  • Iman sempurna (Yak. 2:22)

            ‘Iman perbuatan’ inilah yang akhirnya akan membawa kita untuk bisa memiliki iman sempurna. Sejarah mencatat pada zaman pemerintahan Kaisar Nero, banyak anak Tuhan yang menjadi martir atau mati dibunuh bahkan disiksa karena memertahankan iman mereka. Mengapa mereka bisa mempertahankan iman saat sedang menghadapi kematian? Karena mereka memiliki pengenalan akan firman Tuhan dengan benar. Artinya, mereka tidak hanya mengerti firman Tuhan sebatas pengetahuan, tetapi menghidupi atau mengaplikasikannya dalam hidup mereka. Sehingga, bahaya sebesar apa pun di depan, mereka sanggup menghadapi (walaupun ada ketakutan). Sebab pengalaman iman selama mengiring Tuhan-lah yang mendewasakan iman mereka. Mereka adalah orang-orang yang setia sampai akhir.

“Tuliskanlah, berbahagialah orang-orang mati, yang mati di dalam Tuhan mulai dari sekarang! Benarlah Roh itu berkata, bahwa mereka dapat beristirahat dari jerih lelah mereka, dan perbuatan-perbuatan mereka ikut bersama mereka” Wahyu 14:23