Shalom (שָׁלוֹם‎)  dalam perspektif akar Ibrani

Kata “Shalom” secara sederhana diartikan “salam damai”. Namun, sebagai orang Kristen apakah kita paham benar kata yang sering kita ucapkan tersebut?

            Kata ‘damai,’ sering dihubungkan dengan keadaan tanpa pertikaian atau perang. Namun, dalam bahasa Ibrani, שלום (shalom, Strong’s #7965) punya arti berbeda. Akar kata dari שלם (shalam, Strong’s #7999) berkaitan dengan “restitusi / pembayaran ganti rugi.” Kata kerja ‘shalam’ secara literal berarti “dibuat lunas/ lengkap.”

            Strong’s Concordance 7965 mencatat Shalom sebagai paripurna, menyeluruh, sehat, damai, sejahtera, aman, kedamaian, kesejahteraan, kesempurnaan, kepenuhan, ketenangan, keselarasan, suatu keadaan tanpa adanya gejolak atau perpecahan … di antara dua belah pihak terutama antara manusia dengan Tuhan.

Ungkapan kata ‘shalom’

            Kata shalom diungkapkan dalam berbagai ekspresi baik lisan maupun tulisan:

  • Shalom aleikhem (שָׁלוֹם עֲלֵיכֶם‎; “sehat-sejahtera kiranya ada pada Anda” atau “semoga Anda sehat”). Jawaban atas salam tersebut adalah “pada Anda juga kesehatan dan kesejahteraan (עֲלֵיכֶם שָׁלוֹם, aleikhem shalom). Hal tersebut sama dengan rumpun Bahasa Arab Assalamu alaikum. Hanya bentuk jamak עֲלֵיכֶם aleikhem yang digunakan pada salam ini meskipun ditujukan pada satu orang. Hal tersebut dikarenakan ungkapan salam tersebut ditujukan tidak hanya pada tubuh, tetapi juga jiwa (jamak) dan menyatakan hubungan dengan Tuhan.
  • Kitab Perjanjian Baru (B’rit Chadasah) Tuhan Yeshua sering menggunakan “Shalom Aleikhem” (Yohanes 20:19).
  • Shalom juga diungkapkan secara sederhana sebagai salam oleh orang Israel (Ibrani) yang biasanya dijawab dengan Shalom, Shalom. Dan, secara sederhana bisa digunakan untuk ungkapan perpisahan seperti “bye”.
  • Shabbat shalom (שַׁבָּת שָׁלוֹם‎) adalah ungkapan yang biasa digunakan pada hari Shabbat.

Diperdamaikan

            Elohim-lah yang berinisiatif untuk mengembalikan shalom (hubungan antara Tuhan dan ciptaan-Nya) yang hilang pada diri manusia karena dosa:

“Sebab segala kepenuhan telah berkenan untuk berdiam di dalam Dia dan melalui Dia, untuk mendamaikan segala sesuatu kepada diri-Nya (שׁלוֹם בָּﬠשׁוֹתוֹ – bashoto shalom) – dengan membuat pendamaian melalui darah salib-Nya – melalui Dia, baik hal-hal yang ada di atas bumi maupun hal-hal yang ada dalam surga” (Kolose 1:19, 20).

Memiliki “Shalom” Tuhan

Tuhan tidak hanya berinisiatif mendamaikan diri-Nya kepada kita, tetapi memberikannya kepada kita (Yohanes 14:27).

(Shalom aniychn lakhem et-sh’lomiy eten lakhem, lo ka’asher yiten ha’olam anokiy noten lakhem al-yibahel l’vav’khem v’al-yechath)

Berbagi berkat “shalom”

Sekarang kita memiliki “shalom”, yang diberikan Tuhan Yeshua. Dan, Dia menghendaki kita berbagi berkat shalom kepada saudara yang lain.

(uv’vo’akhem el-habayith sa’alu-lo l’shalom: v’hayah im-hagun habayit yavo alayu sh’lom’khem v’im-eynennu hagun sh’lom’khem aleykhem yashuv)

“Apabila kamu masuk rumah orang (bertemu dengan seseorang), berilah salam kepada mereka (sha’alu-lo l’shalom). Jika mereka layak menerimanya, salammu (sh’lom’khem) itu turun ke atasnya, jika tidak, salammu (sh’lom’khem) itu kembali kepadamu” (Matius 10:12, 13).             Karena itu, jika kita mengucapkan shalom kepada seseorang dan dia menolak, berkat shalom itu akan kembali kepada kita. Tidak akan sia-sia. Namun, bila orang tersebut menerimanya, itu artinya kita memberkati mereka dan mereka akan memberkati kita. Hasilnya sama, berkat shalom kita akan semakin melimpah. Shalom!